Dear akrostik,
Kepada Prof. Sapardi Djoko Damono:
Sebibit kecil yang kautanam di tenunan kata dengan teramat ringkas.
Aksaramu tersimpul kokoh seperti tali mengikat rantai kalimat itu yang sulitnya diulurkan antar pikiranku.
Pecahan makna tersirat di selaput nalurimu penuh ragam citra yang tak terdefinisikan.
Amunisi menjelma kalbu putih dilekatkan oleh gaungan langit kepada sarangan kumbang yang sedang berkembang biak.
Raungan di waktu pagi telah bermuka pilu yang menyemai serapan panas matahari; sedemikian ia selalu menyinari kekuatan bagi literasi dunia.
Dedaunan kering sudah menggugurkan warna kelabu tanpa rintihan hujan. Kian punah di bulan Juli yang tandus dimakan rayap terhadap kayu tanpa hilang keresahan awan.
Irisan menyayat kebisuan di titik kemahiran penyair yang berdenyut lepas hingga seluruh raganya menembus kisi jendela; dia setangguh ulat ke kepompong, lalu berubah kupu-kupu indah pada alam baka.
Duhai pujangga, namamu 'kan terkenang abadi di jalur piramida larik penuh syahdu itu.
Jasadmu terpupus oleh kefanaan hidup yang sekali berwujud sementara. Tatkala inilah pupuk diksiku yang tak sebanding apa-apa.
Olahan terbungkus pada tumpahan kepalaku, untuk akhir baitmu: kau tak akan letih-letihnya kucari.
Kilasan balikmu, menggayun serupa musim pancaroba yang tak pernah surut sepanjang masa.
Oh, kaulah landasan besar di penjuru angkasa mengelabui serikat irama yang berpapasan dengan nektar bunga tumbuh subur.
Degupan menyuarakan sepotong asaku yang kini tak lagi kaudengar sekejap namun hanyalah menggali ruang sembilu di bawah gurun pasir.
Andaikan kerumunan lebah memadu berbentuk segi romansa tentang kisahmu yang majemuk.
Melintas kejelian matamu bak pemahat seniman yang terus menyala dalam gemerlap malam.
Okulasi berkelas ganda yang tak mampu tumbang pada kelak kemudian abadmu.
Neraca berat dalam pengukuran panjang dan lebarnya kubusmu pun terasa membekas ingatan pembaca.
Ozon di gravitasi bumi melambungi unsur atom yang masih tertinggal di dekat barisan puisi.
Best Regards,
Hoshiko, 19 July 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H