Olahan terbungkus pada tumpahan kepalaku, untuk akhir baitmu: kau tak akan letih-letihnya kucari.
Kilasan balikmu, menggayun serupa musim pancaroba yang tak pernah surut sepanjang masa.
Oh, kaulah landasan besar di penjuru angkasa mengelabui serikat irama yang berpapasan dengan nektar bunga tumbuh subur.
Degupan menyuarakan sepotong asaku yang kini tak lagi kaudengar sekejap namun hanyalah menggali ruang sembilu di bawah gurun pasir.
Andaikan kerumunan lebah memadu berbentuk segi romansa tentang kisahmu yang majemuk.
Melintas kejelian matamu bak pemahat seniman yang terus menyala dalam gemerlap malam.
Okulasi berkelas ganda yang tak mampu tumbang pada kelak kemudian abadmu.
Neraca berat dalam pengukuran panjang dan lebarnya kubusmu pun terasa membekas ingatan pembaca.
Ozon di gravitasi bumi melambungi unsur atom yang masih tertinggal di dekat barisan puisi.
Best Regards,
Hoshiko, 19 July 2020