Siang yang tercerahkan sedang menunggu bagaimana khayalan itu datang,
andaikata saya bagai bintang di malam, maukah kamu mengelilingi langit-langit kosong?
andaikata saya seperti matahari di fajar pagi, bersediakah ketabahanmu menjadi cahaya melingkupi dunia fana?
andaikata saya adalah bulan sabit, kamu sedang apa di sana ketika memandangi dari kamar jendela?
andaikata saya itu salju yang menghangatkan tempat yang kau tujukan ke dataran kalibata.
Siang menjelang sore yang sebentar waktu berputar tanpa kau tahu,
di pukul 1:58 lewat satu menit, saya duduk di depan layar komputer mengerak-gerikkan kedipan matamu,
tak sampai menyentuh bagian tangan yang berfungsi memegang semua yang engkau ingin mau,
bahkan saya hanya bisa menatap kesendirian ditemani bantal dan berbagai barang yang berserakan.
pikirmu, saya itu kaku?
Termenung di bawah kesadaranmu
Terdiam, Terlindungi oleh jiwa terpendam secara semu
Terlama mengutarakan pada kalimat yang membisu.
Hingga saya pun tidak tahu arah ke depannya kelak menanti di pulau,
bernama imajinasimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H