Hanya dalam waktu 2 hari, kota Los Angeles yang sebelumnya gemerlap dan penuh kemewahan kini seperti kota mati. Bangunan dan rumah-rumah mewah milik artis-artis Hollywood lenyap, menyisakan puing-puing bekas terbakar. Kota yang dijuluki Kota Malaikat ini seperti menjadi wilayah bekas terjadinya peperangan hebat.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini?
Jauhi Prasangka dari Peristiwa Kebakaran Kota Los Angeles
Pertama, mari kita berlepas dari dari apa yang tidak kita ketahui. Kita melepaskan diri dari segala prasangka seperti yang disampaikan banyak orang di media sosial (hati dan amal perbuatan penduduk Los Angeles atau Amerika Serikat pada umumnya, apakah ini azab dari Allah, apakah ini balasan dari perbuatan dan sikap mereka yang mendukung Israel, apakah ini balasan atas ucapan Donald Trump yang sebelumnya mengancam akan membuat wilayah Palestina menjadi "Neraka").
Kita berlepas diri dari segala macam prasangka tersebut. Dan kita cukupkan diri kita untuk melihat dan merenungkan apa yang kita ketahui, yang jelas kita lihat dengan mata kepala kita. Agar kita tidak terjebak pada prasangka-prasangka yang bisa menjebak dan menjerumuskan hati. Kita lihat peristiwa ini sebagai manusia biasa dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan kita, lalu kita ambil pelajaran darinya. Â
Kebakaran Hebat yang Disebabkan Badai Api
Peristiwa terbakarnya kota Los Angeles adalah pelajaran yang sangat mahal, secara duniawi dan secara hikmah itu sendiri. Betapa banyak rumah-rumah mewah, kebun, tempat wisata, gedung dan aset-aset lainnya yang bernilai milyaran dolar, lenyap dalam waktu 24 jam. Banyak orang yang tinggal di kota ini, berharap agar aset-aset yang mereka miliki bisa mereka nikmati hingga hari tua bersama anak cucu mereka.
Tapi, seketika lenyap oleh angin.
Kok angin? Bukannya penyebab kebakaran itu api?
Betul, memang sumber utama kebakaran itu api. Tapi, tanpa adanya angin yang berhembus kencang, api tidak akan membahayakan dan kerusakan yang ditimbulkan pun tidak akan separah peristiwa ini. Jadi, anginlah yang menyebabkan kota Los Angeles hangus terbakar. Namun, bukan sembarang angin!
Ilmuwan barat menyebut angin kencang atau badai yang membawa api dan menghanguskan apa saja yang dilewatinya sebagai "Firenado", dari kata "fire/api" dan "tornado/angin kencang".
Dalam bahasa Arab, angin topan yang panas atau membawa api disebut  ('I'shoorun"). Istilah ini bahkan sudah disampaikan Allah melalui firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 266!
"Apakah salah seorang di antara kamu ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. Kemudian, datanglah masa tua, sedangkan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu, kebun itu ditiup angin kencang yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan(-nya)." (QS. Al-Baqarah : 266)
Hikmah dari Ayat Badai Api
Dalam ayat ini, Allah membuat perumpamaan orang yang memiliki kebun kurma dan anggur, dan ketika datang masa tuanya, orang ini berharap agar dapat menikmat hasil kebun itu bersama keturunannya yang masih kecil. Namun, datanglah I'shoorun, angin kencang yang mengandung api sehingga terbakarlah seluruh pepohonan di kebunnya.
Saat ini, Allah menunjukkan ayat tersebut melalui peristiwa nyata yang bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Betapa banyak orang-orang yang tinggal di Los Angeles adalah para orangtua, yang berharap bisa menikmati aset hasil kerja keras mereka di waktu masih muda dan kuat. Namun, dalam sehari langsung lenyap!
Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka. Sakit, sedih, putus harapan, hingga adanya penyesalan.
Namun, kita tidak akan membahas hal tersebut. Kita ambil hikmah dari ayat yang menunjukkan kemiripan dengan peristiwa "Firenado" di Los Angeles tersebut. Sejatinya, Firman Allah tentang I'shoorun dalam surah Al-Baqarah ayat 266 Â adalah perumpamaan bagi orang-orang mukmin yang yang menginfakkan hartanya karena riya'/pamer, membangga-banggakan pemberiannya kepada orang lain dan menyakiti hati orang yang diberi. Nanti di akhirat saat dia sangat membutuhkan ganjaran amal tersebut, dia tidak menjumpainya. Amal perbuatannya hangus dan punah karena niat yang tidak ikhlas dan sikap yang menyakiti orang lain.
Allah menutup ayat tersebut dengan kalimat "Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya," agar kita bisa mengambil pelajaran bahwa segala amal yang tidak dilandasi keikhlasan hakikatnya akan lenyap seperti kebun yang terbakar oleh badai api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H