Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Lebih Dalam Kepribadian Nabi Muhammad Saw: Ekstrovert atau Introvert?

19 Oktober 2021   07:31 Diperbarui: 19 Oktober 2021   07:34 8390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam pandangan psikologi modern, kita perlu mengenal apakah Nabi Muhammad Saw itu memiliki kepribadian ekstrovert atau introvert (thehurryjpeg.com)

Umat Islam di seluruh ruang dan waktu sudah mengenal dengan begitu baiknya sejarah hidup atau biografi Nabi Muhammad Saw. Dari masa sebelum kelahirannya, yang dikenal dengan Tahun Gajah hingga peristiwa wafatnya Nabi Muhammad Saw.

Begitu pula dengan kepribadian sosok manusia agung, teladan sepanjang zaman yang oleh karena beliaulah Allah menciptakan alam semesta ini.

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiyaa, 21: 107)

Mempelajari dengan tepat siapa Nabi Muhammad Saw itu, mempelajari kepribadiannya, kebiasaannya, segala sesuatu tentang diri Rasul akhir zaman ini bukan karena ketertarikan semata. Ini adalah tentang ajaran agama. Kita menyembah Allah dengan cara yang Allah inginkan agar kita menyembah Dia. Dan contoh terbaik adalah kehidupan Nabi Muhammad itu sendiri.

Bagi kita umat Islam yang terpisah dari Nabi Muhammad Saw selama berabad-abad oleh bahasa dan budaya, mengenal sosok beliau secara lebih mendalam terkadang sedikit sulit. Satu-satunya referensi mengenai kebiasaan dan kehidupan Nabi Muhammad hanya bisa kita peroleh melalui hadis sahih. 

Mengenal Nabi Muhammad Saw Melalui Psikologi Modern

Namun, akan sangat membantu untuk mengenal junjungan kita Nabi Muhammad Saw melalui kacamata kita sendiri, kacamata orang jaman modern. Bagaimana kita mengkategorikan orang, dan bagaimana kita memahami perilaku manusia. Dalam pandangan psikologi modern, kita perlu mengenal dan memahami apakah Nabi Muhammad itu memiliki kepribadian ekstrovert atau introvert.

Sekilas orang menganggap ekstrovert itu suka keramaian dan banyak berbicara. Sementara introvert kebalikannya: pendiam dan lebih suka menyendiri. Nah, bagaimana dengan kepribadian Nabi Muhammad Saw?

Terlebih dulu, mari kita mengenal definisi ekstrovert dan introvert dengan lebih tepat. Menurut Quiet Revolution,  ekstrovert digambarkan sebagai mereka yang "menikmati kehidupan sosial dan mendapat energi dengan berinteraksi dengan teman dan orang asing. [...] Ketika mereka berada di lingkungan yang tenang, mereka cenderung merasa bosan dan gelisah."

Sebaliknya, introvert digambarkan sebagai orang yang " berpikir sebelum berbicara, memiliki pendekatan yang lebih berhati-hati terhadap risiko, dan menikmati kesendirian. Mereka merasa bersemangat ketika berfokus secara mendalam pada subjek atau aktivitas yang benar-benar menarik minat mereka. [...] Mereka mencari lingkungan yang damai, tenang dan indah."

Lantas, Nabi Muhammad Saw termasuk ke dalam kategori mana? Ekstrovert atau Introvert?

Nabi Muhammad Saw Cenderung Introvert

Melihat beberapa petunjuk yang terdapat di dalam hadis yang menceritakan kisah kehidupan Nabi Muhammad, ada bukti kuat yang menunjukkan Nabi Muhammad Saw berada dalam kategori introvert!

Petunjuk pertama yang bisa kita dapatkan adalah riwayat tentang kepribadian Nabi Saw yang suka menyendiri. Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad sering menghabiskan waktu untuk berkhalwat di Gua Hira.

Dengan status Khadijah yang terpandang sebagai salah seorang putri bangsawan, serta keluarga Bani Hasyim sendiri yang cukup terpandang, Nabi Muhammad bisa saja menghabiskan waktu untuk bercengkerama bersama beberapa bangsawan Quraisy, menebar citra politik agar bisa mengambil tempat sebagai salah satu pemimpin mereka. Sebagaimana yang dilakukan Hamzah, pamannya yang berusia sebaya dengannya.

Tapi, mengingat kondisi suku Quraisy sendiri yang saat itu terbenam ke dalam lumpur kesesatan karena menyembah berhala, Nabi Muhammad memilih untuk mengasingkan diri, beribadah dan merenungi segala aspek ciptaan Allah di sekitarnya. Nabi merasa terbebani oleh kemaksiatan yang dia saksikan dari masyarakatnya. Tanggapannya adalah mundur dan menyepi ke gua Hira yang terletak di sebuah bukit bernama Jabal Nur (Bukit Cahaya).

Di Gua Hira ini Nabi Muhammad menyiapkan dirinya (tahannuts) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna. Dengan daya pikirannya yang jernih, Nabi Muhammad berusaha merenungkan tentang pencipta alam raya ini.

Apa yang dilakukan Nabi Muhammad adalah kecenderungan seorang introvert  yang tidak menyukai keramaian dan lebih memilih ketenangan dalam pemikiran terbaik mereka. Orang dengan introversi pemikiran tingkat tinggi tidak memiliki keengganan untuk acara sosial yang biasanya dikaitkan dengan sifat tertutup. Gaya introversi ini hanya berarti seseorang yang cenderung introspektif, bijaksana, dan refleksi diri.

Ketika orang-orang disekitarnya sibuk dengan keramaian, Nabi Muhammad Saw lebih suka mengamati dan merenungkan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

Petunjuk lain yang bisa kita dapatkan untuk memahami sisi psikologis Nabi Muhammad Saw adalah kecenderungan beliau Saw untuk tidak banyak bicara.  Bukannya Nabi Muhammad Saw tidak ingin berada di sekitar orang dan bersosialisasi. Dia memang mencintai para sahabatnya dan menghabiskan banyak waktu bersama mereka.

Namun, ketika berkumpul dengan para sahabatnya, Nabi hanya berbicara seperlunya. Apa yang keluar dari mulut Nabi adalah kebenaran yang datang dari Allah.

Seorang introvert selalu berpikir dahulu sebelum berbicara. Karena itulah introvert selalu memilih kata-kata mereka dengan bijaksana. 

Memahami dimensi watak Nabi dari sudut pandang psikologi modern ini dapat membantu kita memiliki wawasan yang lebih baik tentang siapa junjungan kita. Dalam hal ini, memahami kepribadian Nabi Muhammad bukanlah upaya untuk menjadi seperti dia, melainkan untuk mengenal dan meneladani akhlaknya yang mulai.

Penting untuk diingat dan dicatat, mengatakan bahwa kita semua harus introvert karena Nabi Muhammad adalah seorang introvert akan seperti mengatakan kita semua harus laki-laki karena Nabi adalah laki-laki. Allah membuat kita berbeda karena suatu alasan.

Tidak ada tipe kepribadian yang "lebih baik" atau "lebih benar." Baik introvert maupun ekstrovert sama baiknya, tergantung bagaimana kepribadian dan akhlak kita. Allah tidak menilai kita berdasarkan kepribadian, melainkan dari ketakwaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun