Melihat beberapa petunjuk yang terdapat di dalam hadis yang menceritakan kisah kehidupan Nabi Muhammad, ada bukti kuat yang menunjukkan Nabi Muhammad Saw berada dalam kategori introvert!
Petunjuk pertama yang bisa kita dapatkan adalah riwayat tentang kepribadian Nabi Saw yang suka menyendiri. Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad sering menghabiskan waktu untuk berkhalwat di Gua Hira.
Dengan status Khadijah yang terpandang sebagai salah seorang putri bangsawan, serta keluarga Bani Hasyim sendiri yang cukup terpandang, Nabi Muhammad bisa saja menghabiskan waktu untuk bercengkerama bersama beberapa bangsawan Quraisy, menebar citra politik agar bisa mengambil tempat sebagai salah satu pemimpin mereka. Sebagaimana yang dilakukan Hamzah, pamannya yang berusia sebaya dengannya.
Tapi, mengingat kondisi suku Quraisy sendiri yang saat itu terbenam ke dalam lumpur kesesatan karena menyembah berhala, Nabi Muhammad memilih untuk mengasingkan diri, beribadah dan merenungi segala aspek ciptaan Allah di sekitarnya. Nabi merasa terbebani oleh kemaksiatan yang dia saksikan dari masyarakatnya. Tanggapannya adalah mundur dan menyepi ke gua Hira yang terletak di sebuah bukit bernama Jabal Nur (Bukit Cahaya).
Di Gua Hira ini Nabi Muhammad menyiapkan dirinya (tahannuts) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna. Dengan daya pikirannya yang jernih, Nabi Muhammad berusaha merenungkan tentang pencipta alam raya ini.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad adalah kecenderungan seorang introvert  yang tidak menyukai keramaian dan lebih memilih ketenangan dalam pemikiran terbaik mereka. Orang dengan introversi pemikiran tingkat tinggi tidak memiliki keengganan untuk acara sosial yang biasanya dikaitkan dengan sifat tertutup. Gaya introversi ini hanya berarti seseorang yang cenderung introspektif, bijaksana, dan refleksi diri.
Ketika orang-orang disekitarnya sibuk dengan keramaian, Nabi Muhammad Saw lebih suka mengamati dan merenungkan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
Petunjuk lain yang bisa kita dapatkan untuk memahami sisi psikologis Nabi Muhammad Saw adalah kecenderungan beliau Saw untuk tidak banyak bicara. Â Bukannya Nabi Muhammad Saw tidak ingin berada di sekitar orang dan bersosialisasi. Dia memang mencintai para sahabatnya dan menghabiskan banyak waktu bersama mereka.
Namun, ketika berkumpul dengan para sahabatnya, Nabi hanya berbicara seperlunya. Apa yang keluar dari mulut Nabi adalah kebenaran yang datang dari Allah.
Seorang introvert selalu berpikir dahulu sebelum berbicara. Karena itulah introvert selalu memilih kata-kata mereka dengan bijaksana.Â
Memahami dimensi watak Nabi dari sudut pandang psikologi modern ini dapat membantu kita memiliki wawasan yang lebih baik tentang siapa junjungan kita. Dalam hal ini, memahami kepribadian Nabi Muhammad bukanlah upaya untuk menjadi seperti dia, melainkan untuk mengenal dan meneladani akhlaknya yang mulai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!