Menulis tak lagi hanya menjadi hobi atau pekerjaan utama bagi sebagian orang. Para ahli kesehatan mental belakangan ini menyarankan menulis sebagai salah satu terapi untuk mencegah kepikunan dan menjaga otak agar tidak tumpul.
Penelitian baru menunjukkan semakin sering kita menggunakan otak, semakin akan tumbuh seperti otot. Para ilmuwan menemukan bahwa sel saraf memiliki cabang yang menghubungkannya dengan sel lain. Semakin banyak kita melatih keterampilan, semakin banyak koneksi kecil ini berlipat ganda dan menjadi lebih kuat.
Otak bukanlah otot; meskipun, dalam beberapa hal otak juga berkembang seperti otot. Semakin sering kita menggunakannya dengan cara tertentu, semakin mampu otak kita untuk melakukan tugas yang kita inginkan.
Coba ingat masa kecil ketika kita belajar menulis. Pertama kali terasa berat menulis huruf per huruf. Tulisannya miring ke kanan dan ke kiri. Bahkan meskipun kita sudah mengenal huruf, menuliskannya menjadi satu rangkaian kata tertentu membutuhkan latihan yang terus menerus.
Itu sebabnya, ketika kita berhasil menulis nama kita sendiri, kita merasa sangat gembira, seakan itu menjadi satu pencapaian yang sangat luar biasa. Saya ingat ada satu anak didik saya di TK, dia berteriak gembira ketika berhasil menulis namanya sendiri. Setelah itu, dia dan juga kita semua menjadi terbiasa menulis nama kita sendiri.
Bagian Otak yang Bekerja Saat Kita Menulis
Saat menulis, semua bagian otak terlibat dan menjadi aktif. Semakin sering kita menggunakannya dengan cara tertentu, semakin mampu otak kita untuk melakukan tugas yang kita inginkan. Dengan kata lain, menulis membantu otak kita untuk tumbuh, sama seperti ketika kita melatih otot dengan berolahraga atau latihan fisik lainnya. Berikut bagian otak yang terlibat dan proses yang terjadi saat kita menulis:
Lobus Frontal
Bagian Lobus Frontal bisa dikatakan sebagai pusat kendali otak kita. Bagian ini bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan perencanaan.
Misalnya kita ingin menulis suatu pengalaman masa kecil, maka bagian Lobus Frontal bertugas untuk memilih pengalaman mana yang akan kita gambarkan dalam tulisan, dan merencanakan bagaimana cara kita menulis gambaran satu peristiwa masa kecil tersebut.
Hippocampus
Katakanlah kita ingin menulis pengalaman pertama kali naik sepeda. Bagaimana kita bisa mengingat peristiwa yang sudah berlalu puluhan tahun lalu?
Ketika Lobus Frontal sudah memilih satu peristiwa tertentu di masa lalu, bagian otak yang bernama Hippocampus terlibat dalam pembentukan dan pengambilan ingatan jangka panjang (yaitu ingatan yang perlu disimpan selama lebih dari satu atau dua menit). Inilah yang kemudian membuat kita dapat menarik ingatan itu dari penyimpanan sehingga kita dapat menghidupkannya kembali dan menuliskannya .
Area Broca
Area Broca dalam otak bertanggung jawab untuk memproduksi bahasa. Saat menulis, Area Broca mengubah informasi dari Hippocampus menjadi jejak kata demi kata dalam tulisan.
Jika area Broca rusak, kita mungkin dapat memahami apa tugas yang diperlukan, tetapi kita tidak akan dapat membentuk jawaban, baik lisan maupun tertulis.
Area Wernicke
Area Wernicke dan Area Broca seperti 2 sisi mata uang. Jika Area Broca memproduksi bahasa, maka area Wernicke bertanggung jawab dalam pemahaman.Â
Saat kita menulis kata demi kata yang membentuk satu rangkaian kalimat, area Wernicke memungkinkan kita untuk memahami apakah kata yang kita tulis itu sudah cocok dengan gambar yang ada di kepala kita. Ketika kita menulis pengalaman naik sepeda, area Broca memproduksi kata-kata dan bahasa untuk membentuk gambaran. Sementara area Wenicke membuat kita memahami kata-kata dan bahasa itu cocok dengan ingatan pengalaman kita saat naik sepeda pertama kali.
Jika Area Wernicke rusak, kita mungkin bisa berkata atau menuliskan berbagai kalimat dengan fasih. Tetapi kalimat itu tidak memiliki arti karena tidak mengandung kosakata dan tatanan bahasa yang sebenarnya.
Korteks Visual dan Area Bicara
Bayangkan saat kita hendak menulis pengalaman naik sepeda. Apakah kita melihatnya di mata pikiran (korteks visual) atau mendengarkan suara hati kita membicarakan pengalaman naik sepeda itu (Area Bicara)?
Sebuah studi pemindaian otak oleh Dr. Martin Lotze dan timnya di Universitas Greifswald di Jerman menunjukkan bahwa ketika penulis pemula disuruh menulis sebuah cerita, korteks visual mereka menyala. Ini menunjukkan bahwa mereka "menonton" cerita yang mereka buat terungkap di kepala mereka, mirip dengan bagaimana kita menonton film.
Sementara itu, ketika penulis yang berpengalaman disuruh menulis sebuah cerita, selain korteks visual yang menyala, ada aktivitas ekstra di Area Broca yang memproduksi bahasa. Proses ini menyarankan agar penulis berpengalaman membuat cerita mereka melalui "narasi" batin sebagai gantinya.
Area Motorik
Setelah kita memiliki gambar dalam pikiran dan semua kata yang akan dituangkan menjadi rangkaian kalimat, sekarang bagian area motorik yang bekerja. Area motorik berugas mengirimkan sinyal ke otot, sehingga kita bisa memegang pena dan membentuk huruf fisik di halaman kertas kosong. Jika kita mengetik di papan ketik laptop, area motorik mengirim sinyal ke otot jari untuk menekan tombol yang benar dalam urutan yag benar.
Pikirkan bagaimana area motorik ini bekerja saat ini, ketika jari tangan kita sudah terlatih menekan tombol huruf di laptop atau menulis huruf demi huruf, secara berurutan dengan cepat. Dibandingkan ketika kita pertama kali belajar menulis atau pertama kali belajar mengetik.
Caudate Nucleus (Nukleus Berekor)
Bagian otak terakhir yang memiliki tugas tak kalah penting adalah Caudate Nucleus (Nukleus Berekor). Bagian ini terletak jauh di dalam otak, dan memiliki peran yang paling menarik dalam proses menulis yang kita lakukan.
Sebagai gambaran, saat kita pertama kali belajar mengetik, jari kita sulit berkoordinasi dengan mata dan pikiran untuk mengetik tombol huruf yang benar dan secara berurutan membentuk kata-kata tertentu. Sekarang, proses ini terjadi hampir otomatis. Bahkan tanpa melihat pun kita sudah bisa mengetahui di mana letak tombol huruf-huruf tertentu.
Hal ini bisa terjadi karena kita sering melatih keterampilan mengetik. Terus menerus berlatih memungkinkan nukleus berekor mengoordinasikan beberapa sistem otak kita yang lain saling bekerja sama untuk menyelesaikan proses dengan lebih efisien.
Studi pemindaian otak yang sama yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa selama proses penulisan, bagian otak ini sangat aktif pada penulis berpengalaman tetapi tetap tenang pada penulis pemula. Intinya, semakin kita sering berlatih menulis, semakin mudah kita menulis karena otak kita sudah beradaptasi.
Kesimpulan
Menulis adalah aktivitas yang merangsang namun berat bagi otak. Saat kita menulis, semua bagian otak terlibat secara aktif. Berkat neuroplastisitas otak, ia dapat tumbuh dan berubah seiring waktu. Sama seperti atlet melatih tubuh mereka, penulis dapat melakukan hal yang sama dengan otak mereka.
Melatih diri kita untuk menulis akan membantu otak kita tumbuh dan membangun koneksi saraf. Semakin banyak kita melatih keahlian, semakin banyak koneksi yang terbentuk di dalam otak, yang akan membantu kita mengembangkan keterampilan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI