Sebagai gambaran, saat kita pertama kali belajar mengetik, jari kita sulit berkoordinasi dengan mata dan pikiran untuk mengetik tombol huruf yang benar dan secara berurutan membentuk kata-kata tertentu. Sekarang, proses ini terjadi hampir otomatis. Bahkan tanpa melihat pun kita sudah bisa mengetahui di mana letak tombol huruf-huruf tertentu.
Hal ini bisa terjadi karena kita sering melatih keterampilan mengetik. Terus menerus berlatih memungkinkan nukleus berekor mengoordinasikan beberapa sistem otak kita yang lain saling bekerja sama untuk menyelesaikan proses dengan lebih efisien.
Studi pemindaian otak yang sama yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa selama proses penulisan, bagian otak ini sangat aktif pada penulis berpengalaman tetapi tetap tenang pada penulis pemula. Intinya, semakin kita sering berlatih menulis, semakin mudah kita menulis karena otak kita sudah beradaptasi.
Kesimpulan
Menulis adalah aktivitas yang merangsang namun berat bagi otak. Saat kita menulis, semua bagian otak terlibat secara aktif. Berkat neuroplastisitas otak, ia dapat tumbuh dan berubah seiring waktu. Sama seperti atlet melatih tubuh mereka, penulis dapat melakukan hal yang sama dengan otak mereka.
Melatih diri kita untuk menulis akan membantu otak kita tumbuh dan membangun koneksi saraf. Semakin banyak kita melatih keahlian, semakin banyak koneksi yang terbentuk di dalam otak, yang akan membantu kita mengembangkan keterampilan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H