Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isilah Cangkir Kehidupanmu dengan Rasa Syukur Setiap Hari

29 Agustus 2021   07:33 Diperbarui: 29 Agustus 2021   07:34 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cangkir itu ibarat pikiran kita. Apa pun yang ada dalam cangkir, itulah yang akan tumpah bila terguncang (ilustrasi diolah pribadi)

Seorang profesor mengawali kuliahnya dengan berdiri di depan kelas sambil memegang cangkir. Segumpal asap yang mengepul diiringi harum kopi menjadi penanda cangkir itu berisi kopi hangat.

"Farhan, coba maju sebentar," kata profesor kepada salah seorang mahasiswanya.

Mahasiswa yang bernama Farhan berdiri, lalu maju ke depan kelas. Semua mata memandang ke depan.

Setelah Farhan berada di depan, si profesor menghampirinya sambil tetap memegang cangkir. Entah sengaja atau tidak, tiba-tiba tangan sang profesor menyenggol lengan Farhan. Tentu saja Farhan langsung kaget dan berusaha menghindari tumpahan cairan di dalam cangkir.

"Aduh, mohon maaf Farhan," kata sang profesor.

"Tidak apa-apa prof," kata Farhan nyengir.

Sang profesor meletakkan cangkirnya di atas meja, lalu menatap para mahasiswanya dan bertanya,

"Ada yang tahu mengapa saya tadi menumpahkan kopi di cangkir?"

Semua mahasiswa di ruang kuliah itu terdiam, berpikir mencari jawaban yang paling tepat, atau setidaknya mendekati tepat. Karena mereka tahu, profesor mereka seorang yang unik. Jawaban dari pertanyaan yang diajukannya seringkali tidak terduga.

"Karena saya menyenggol lengan profesor yang memegang cangkir," jawab Farhan dengan hati-hati. Meskipun dalam hati Farhan justru merasa si profesor-lah yang sengaja menyenggolnya hingga kopi di dalam cangkirnya tumpah.

"Salah!" Kata sang profesor seketika.

Hening, semua mahasiswa menatap wajah sang profesor, menanti penjelasan.

"Karena cangkir saya berisi kopi. Kalau cangkir saya berisi teh, maka saya menumpahkan teh. Kalau cangkir saya berisi susu, maka saya menumpahkan susu. Apapun yang ada di dalam cangkir, itulah yang akan tumpah keluar."

Mendengar jawaban sang profesor, semua mahasiswa tersenyum dan tak sedikit yang tertawa. Jawaban profesor seperti jawaban anak kecil yang lugu. Sederhana, tapi benar dan sangat logis di pikiran.

"Cangkir itu ibarat pikiran kita," kata profesor melanjutkan penjelasannya.

"Ketika keadaan tidak baik datang menabrakmu dan mengguncangmu, apa pun yang ada di dalam pikiranmu lah yang akan keluar.

Pertanyaannya sekarang: Apakah yang ada di dalam cangkirmu?

Ketika ada sesuatu yang mengguncang hidupmu, apa yang akan kamu tumpahkan?

Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri?

Atau malah kemarahan, kepahitan, makian bahkan kutukan yang keluar dari pikiran dan mulutmu? Kamu sendiri yang menentukan."

Ruang kuliah hening. Para mahasiswa merenungi penjelasan profesor.

Isilah cangkirmu dengan rasa damai dan syukur. Ketika sesuatu yang tidak baik menabrak dan mengguncangmu, maka kedamaian dan kesyukuran lah yang akan tumpah keluar dari pikiranmu.

Jadilah pribadi yang dipenuhi kedamaian dan kesyukuran.

Bukan lagi menjadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain atau faktor lain yang tidak baik.

Tapi perbaiki apa yang seharusnya ada di dalammu.

Ingatlah, apa pun yang mengguncangmu bukan faktor dari luar yang menentukan hari-harimu. Melainkan responmu dan reaksimulah yang menentukan baik tidaknya hari-harimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun