"Salah!" Kata sang profesor seketika.
Hening, semua mahasiswa menatap wajah sang profesor, menanti penjelasan.
"Karena cangkir saya berisi kopi. Kalau cangkir saya berisi teh, maka saya menumpahkan teh. Kalau cangkir saya berisi susu, maka saya menumpahkan susu. Apapun yang ada di dalam cangkir, itulah yang akan tumpah keluar."
Mendengar jawaban sang profesor, semua mahasiswa tersenyum dan tak sedikit yang tertawa. Jawaban profesor seperti jawaban anak kecil yang lugu. Sederhana, tapi benar dan sangat logis di pikiran.
"Cangkir itu ibarat pikiran kita," kata profesor melanjutkan penjelasannya.
"Ketika keadaan tidak baik datang menabrakmu dan mengguncangmu, apa pun yang ada di dalam pikiranmu lah yang akan keluar.
Pertanyaannya sekarang: Apakah yang ada di dalam cangkirmu?
Ketika ada sesuatu yang mengguncang hidupmu, apa yang akan kamu tumpahkan?
Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri?
Atau malah kemarahan, kepahitan, makian bahkan kutukan yang keluar dari pikiran dan mulutmu? Kamu sendiri yang menentukan."
Ruang kuliah hening. Para mahasiswa merenungi penjelasan profesor.