Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Kompasiana Sudah Tidak Menarik Lagi untuk Dibaca?

25 Agustus 2021   07:12 Diperbarui: 25 Agustus 2021   07:26 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika tidak mau introspeksi, blog bersama ini perlahan ditinggalkan tak hanya penulisnya, tapi juga pembacanya (ilustrasi diolah pribadi)

Saya menulis artikel kritikan yang keras nan jujur ini lebih karena kecintaan saya kepada Kompasiana. Bagaimanapun juga, Kompasiana punya andil dan jasa yang besar terhadap perkembangan karir dan personal branding saya sebagai penulis konten. Di luar itu dan yang lebih penting lagi, dari dan di Kompasiana-lah saya melatih keterampilan menulis.

Apakah ada solusi agar Kompasiana bisa menarik lagi untuk dibaca? 

Saran untuk Pengelola Kompasiana

Tentu saja. Tidak ada masalah tanpa solusi. Hanya saja, solusi ini tergantung dari kemauan pengelola Kompasiana sendiri. Apakah mereka mau introspeksi dan memperbaiki kebijakan serta arah pandang mereka, atau sudah merasa nyaman dengan kondisi sekarang.

Solusi pertama adalah mengondisikan, atau memadukan hukum pasar dengan karakter Kompasiana. Apa yang dulu dikenal masyarakat dari Kompasiana itulah yang harus diletakkan kembali.

Mengejar tren agar artikel bisa diklik dan dibaca sebanyak-banyaknya itu wajar dan sudah seharusnya dilakukan media online. Namun, menjaga kualitas artikel dan karakter media, ini juga penting.

Jangan hanya karena sekedar banyak diklik, suatu artikel memperoleh privilige masuk di kamar Terpopuler. Setidaknya, admin Kompasiana bisa memastikan kualitas artikel tersebut, apakah bisa mengundang pembaca untuk tetap membaca sampai akhir.

Bicara kualitas, ini sangat subyektif.  Menilai satu artikel berkualitas baik dan lainnya buruk tidak bisa dilakukan serta merta oleh satu orang saja. Itu sebabnya seorang kurator konten (content curator) menjadi sangat penting di era membanjirnya arus informasi dan berita. 

Di tengah ratusan artikel yang ditayangkan setiap harinya, pengunjung Kompasiana tentu ingin bisa menemukan artikel yang sesuai dengan selera mereka secara cepat dan efektif.

Prinsip dasar dari kurator konten adalah terutama tidak memihak, tidak terafiliasi, dan otentik dalam penilaian atau rekomendasinya. Kurator konten harus memiliki wawasan luas dan menjaga independensi atau memiliki sikap netral agar penilaiannya terhadap suatu konten tidak dipengaruhi suatu apa pun. Misalnya favoritisme penulis.

Jujur saja, belakangan ini ada anggapan admin Kompasiana punya penulis favorit masing-masing. Ada kecenderungan jatah Artikel Utama seolah menjadi hak milik jenis artikel tertentu dan penulis-penulis tertentu pula. No offense, inilah perasaan sejujurnya dari saya.

Hapuskan Kebijakan Karantina Artikel

Solusi kedua adalah berlaku adil. Sejak beberapa bulan terakhir, Kompasiana memberlakukan kebijakan karantina artikel. Maksudnya, artikel yang menurut Kompasiana rawan, ditahan dulu untuk memastikan tidak ada efek negatif terhadap interaksi di Kompasiana. Entah apa maksudnya, saya sendiri benar-benar tidak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun