Krisis Covid-19 ini hendaknya kita pandang sebagai kesempatan kedua yang diberikan Allah kepada kita semua. Kesempatan yang mungkin tidak akan kita dapatkan kembali.
Waktu memang tidak bisa kita putar, tapi Allah selalu memberi kita kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, dan memulai hidup baru yang penuh kebaikan agar kita bisa menebus dosa dan kesalahan yang sudah kita perbuat di masa lalu.
Kesempatan untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 terletak pada aqidah (iman) kita masing-masing. Dari kekuatan iman ini kemudian timbul semangat jihad.
Jangan salah mengartikan jihad itu sebagai konteks peperangan belaka. Dalam islam, jihad itu memiliki banyak makna dan ruang lingkup yang luas. Dalam kaitannya dengan persatuan dan kehidupan sosial kemasyarakatan, jihad yang dimaksud disini adalah jihad mengendalikan hawa nafsu dan jihad menghadirkan kehidupan yang sukses.
Seorang ulama berkata: innal hayaata aqiidatun wajihaadun, "sesungguhnya hidup itu adalah aqidah dan jihad." Aqidah (iman) membangun militansi berjihad dan hanya dengan jihad orang akan mendapatkan apa yang dicapainya.
Sebagaimana firman Allah :
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) kami, benar-benar kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesunguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Ankabut : 69).
Tak ada gunanya beretorika persatuan atau semangat menghadapi pandemi Covid-19, jika di waktu bersamaan kita masih tidak bisa menahan hati, mulut dan jari kita dalam menebar kebencian. Yang dibutuhkan masyarakat kita saat ini adalah tindakan nyata, baik itu dari pemerintah maupun dari kita sendiri untuk mengulurkan tangan, saling menebar kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H