Hampir setiap orang di dunia menghadapi badai pandemi Covid-19, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tapi, kita semua menghadapinya dengan menumpang perahu yang berbeda.
Ada yang santai karena naik perahu yang besar, lengkap dengan segala macam isi kebutuhan pokok yang mencukupi. Ada yang selalu diliputi rasa khawatir, karena ia naik sampan kecil dengan satu dayung dan layar yang sobek di sana-sini. Gelombang badai mengayunkan sampannya hingga kadang hampir terjungkal.
Di saat segelintir orang bermain-main dengan tagar di media sosial, meneriakkan kata-kata motivasi agar tetap semangat menghadapi badai krisis Covid-19 di tanah air, lebih banyak lagi yang berjuang di kehidupan nyata. Mereka berjuang demi mempertahankan hidup mereka. Perjuangan yang mungkin tidak akan pernah bisa dilakukan mereka yang hanya bisa mengetikkan kata-kata.
Begitu pula dengan keadaan bangsa kita. Bahkan setelah lebih dari 2 tahun kontestasi pemilu yang memecah belah anak bangsa, di saat krisis Covid-19 tengah mencapai puncaknya, bangsa kita masih belum bisa bersatu untuk bisa menghadapi krisis ini bersama-sama.
Mudah untuk berkata, "Mari kita bersatu menghadapi Covid-19". Mudah untuk mengetikkan tagar semangat #TolakBenderaPutih agar masyarakat tidak menyerah menghadapi ancaman pandemi Covid-19 yang semakin merajalela. Tapi di kehidupan nyata, sangat sulit mewujudkannya. Adakah mereka yang gemar menuliskan tagar-tagar penyemangat itu bisa mengerti makna kelaparan? Adakah mereka yang sering menghimbau persatuan itu bisa menjawab keluhan "Tuhan Aku Lapar"?
Kita sepertinya terlihat bersatu, padahal bercerai berai. Kita sepertinya terlihat rukun, padahal sedang bermusuhan. Kita terlihat tersenyum ketika berhadapan, padahal hati kita saling menyimpan dendam membara.
Ada sebuah ungkapan, "Sebagian membangun, sebagian lain ikut merusak, lalu kapan bangunan itu bisa terwujud?"
Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan keadaan negara kita dalam menghadapi krisis Covid-19. Keadaan inilah yang digambarkan Allah dalam firman-Nya,Â
"Tahsabuhum jamii'an waqulubuhum syatta".Â
"Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah". (QS. Al Hasyr: 14).