Kata-kata Ismail memberi kekuatan pada Ibrahim. Kini, ayah dan anak tersebut tunduk pada kehendak Allah.
Ibrahim kemudian membawa putranya ke tempat di mana dia akan dikorbankan dan membaringkannya telungkup. Allah menggambarkan peristiwa ini dengan kata-kata yang paling indah, melukiskan gambaran tentang esensi penyerahan diri; yang membuat air mata berlinang:
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS Ash-Shaaffaat, 37:103).
Ibrahim tak mampu memandang wajah putranya yang tersenyum pasrah. Ia memalingkan wajah dan bertakbir untuk menguatkan jiwanya yang hancur dan tangannya yang terasa lumpuh: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!"
Ismail menjawab: "Laa Ilaaha Illallah huwaAllahu Akbar!"
Kemudian ayah dan anak itu berbarengan mengucapkan takbir dan tahmid: Allahu Akbar wa lillahilhamdu!
Ibrahim kemudian mengarahkan pisaunya ke leher Ismail. Tepat ketika pisau itu hendak menyentuh leher putranya, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.
"Hai Ibrahim! Kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, ini adalah ujian yang nyata!" (QS Ash-Shaaffaat, 37:104-106)
"Dan Kami tebus anak itu (Ismail) dengan seekor kurban yang besar (seekor domba jantan;) dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian; (yaitu) Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia adalah salah seorang hamba Kami yang beriman." (QS Ash-Shaaffaat, 37: 107-111)
Memang, itu adalah ujian terbesar dalam sejarah umat manusia, sampai kapan pun. Â Semata demi Allah, Ibrahim mengorbankan anak tunggalnya, yang lahir darinya setelah dia mencapai usia tua dan bertahun-tahun mendambakan keturunan. Di sini, Ibrahim menunjukkan kesediaannya untuk mengorbankan semua miliknya untuk Allah, dan untuk alasan ini, ia ditunjuk sebagai pemimpin seluruh umat manusia, yang diberkati Allah dengan keturunan para Nabi.
Ada pun Ismail, telah menunjukkan jati dirinya sebagai hamba yang beriman. Tak hanya sebagai anak yang patuh pada orangtuanya, juga patuh pada Tuhannya.