Kedua, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti menjadikan kita tidak bisa kreatif. Setiap manusia diberikan kelebihan, dan seharusnyalah kita terus berusaha untuk menggali kelebihan itu untuk ditularkan kepada anak dan lingkungan.Â
Tak sedikit kisah sukses ibu rumah tangga yang akhirnya menjadi tulang punggung keluarga dengan kegiatan yang pada awalnya dianggap remeh).
Ketiga, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tidak bisa meringankan beban suami. Bahkan seandainya kita tidak punya kegiatan sampingan yang menghasilkan. Satu peran ibu rumah tangga yang sering dilupakan adalah mereka bisa menurunkan tingkat stress suami lebih dari 90% dengan pengabdian mereka. Ini akan dapat memberikan dorongan suami untuk berbuat lebih bagi keluarga.
Dari perenungan inilah akhirnya saya berhasil menjalani profesi sebagai "ibu rumah tangga" dengan lebih ikhlas dan dengan segala konsekuensinya.Â
Ketika kita mengangkat tinggi derajat profesi ibu rumah tangga, itu sama halnya kita mengubah opini yang kurang baik yang memandang rendah pekerjaan seorang ibu rumah tangga.
 Apa yang saya sampaikan ini bukan bermaksud mengecilkan para istri yang memilih menjalani karir di luar rumah.Â
Saya pribadi tetap salut dengan mereka yang bekerja (selama tidak mengesampingkan kodrat mereka sebagai ibu). Saya yakin, pilihan mereka didasarkan pada berbagai pertimbangan yang sesuai dengan keadaan diri mereka. Â
Melalui tulisan ini, saya hanya ingin menekankan bahwa sebagai ibu rumah tangga, janganlah kita merasa kecil dan tak berarti. Karena sesungguhnya kita punya andil besar terhadap pembentukan lingkungan sekitar kita terutama karakter dan kepribadian anak.Â
Jangan pula memandang apa yang sudah diberikan orangtua kepada kita, khususnya pendidikan, sebagai beban hutang. Hargailah itu sebagai bentuk ikhtiar orangtua yang menginginkan anak-anak mereka mendapat pendidikan yang baik.Â
Insya Allah suatu saat apa yang kita peroleh (bukan hanya gelar, tapi juga proses memperolehnya) akan bermanfaat. Saya yakin itu...
***