Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

13 Tahun Bukan Batas Usia Aman Menggunakan Media Sosial

2 Juni 2021   07:12 Diperbarui: 2 Juni 2021   10:32 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biarkan anak-anak menguasai keterampilan dasar interaksi sosial tatap muka sebelum terjun ke jejaring sosial (Unsplash/McKaela Taylor)

Pada usia berapa kita memperbolehkan anak-anak memiliki akun media sosial?

Usia 13 Tahun Bukan Batas Usia Aman Menggunakan Media Sosial

Kalau menuruti syarat dan ketentuan yang berlaku di hampir setiap media sosial, seharusnya kita baru memperbolehkan anak-anak menggunakan media sosial ketika mereka berusia 13 tahun.

Dari Instagram hingga TikTok, perusahaan teknologi memiliki persyaratan usia untuk menggunakan produknya. Untuk sebagian besar aplikasi jejaring sosial, usia minimumnya adalah 13 tahun.

Namun, usia tersebut tidak dipilih berdasarkan pertimbangan kesehatan dan keselamatan. Batasan usia 13 tahun ini adalah sisa dari kebijakan privasi yang pertama kali diterapkan pada akhir 1990-an ketika Kongres AS harus memutuskan usia di mana perusahaan dapat mengumpulkan dan menggunakan data dari anak-anak tanpa izin orang tua mereka.

Jadi, angka 13 tidak boleh dianggap sebagai usia "aman" bagi anak-anak untuk memiliki akun media sosial. Lantas, berapa batas usia minimum yang aman?

Para ahli belum menemukan atau belum berani menentukan angka usia minimum yang definitif. Meski begitu, ada beberapa penelitian yang menawarkan kepada kita tentang pertimbangan kapan kita sebagai orangtua membolehkan anak-anak memiliki akun media sosial. 

Media Sosial Merusak Kesehatan Mental Anak-anak

Pertama, ada hubungan antara waktu layar dengan depresi atau kecemasan pada anak-anak. Hubungan ini paling kuat mengacu pada penggunaan media sosial daripada menonton televisi, video, bermain video gim atau membaca artikel di internet.

Yang dimaksud "waktu layar" ini mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan seseorang menatap layar perangkat digital seperti televisi, komputer, tablet dan ponsel pintar.

"Waktu layar" mencakup banyak aktivitas; dari bermain gim hingga menelusuri umpan-umpan media sosial. Salah satu aktivitas waktu layar yang harus kita cermati adalah penggunaan media sosial. Dalam jejaring sosial, pengguna membuat konten yang dinilai atau dikomentari oleh lusinan atau ratusan pengguna lainnya.

Penilaian dan komentar inilah yang bisa memicu depresi atau kecemasan pengguna media sosial. Sulit bagi pengguna media sosial terutama anak-anak dan remaja untuk tidak membandingkan jumlah Like yang mereka peroleh dengan akun lainnya. 

Begitu pula, komentar-komentar yang masuk (sekalipun akunnya dikunci khusus pribadi) dapat berdampak langsung pada kesehatan mental anak-anak dan remaja.

Bagi beberapa pengguna, tidak mendapatkan jumlah like yang cukup dapat memengaruhi harga diri mereka. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan Royal Society for Public Health di Inggris, Instagram adalah aplikasi jejaring sosial yang paling merusak kesehatan mental kaum muda. 

Wajar, karena dari sekitar 1 milyar pengguna Instagram, menurut Statista 70% di antaranya adalah remaja atau dewasa berusia kurang dari 35 tahun. 

Terjadi Peningkatan Cyberbullying Pada Anak-anak Praremaja Melalui Media Sosial

Kedua, ada gejala terjadinya peningkatan tindakan menyakiti diri sendiri bagi remaja. Berdasarkan persentase, gadis praremaja merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap efek penindasan maya (cyberbullying) dan perbandingan sosial kronis yang difasilitasi oleh media sosial.

Banyak orangtua yang tidak ingin anak-anak praremaja mereka memiliki akun media sosial. Di satu sisi, mereka juga tidak ingin anak-anak mereka merasa dikucilkan. 

Dilema ini akhirnya membuat orangtua menyerah dan mengizinkan bahkan membuatkan akun media sosial untuk anak-anak mereka dengan memalsukan usia.

Apalagi dalam kondisi pandemi ketika anak-anak harus belajar secara online. Mau tidak mau hampir setiap anak usia sekolah dasar hingga menengah sudah memiliki gawai dan banyak di antara mereka punya akun media sosial. 

Tunda Keinginan Anak-anak untuk Terjun ke Media Sosial

Sampai para ahli menemukan batasan usia minimal yang aman, sekaligus mengingat dampak buruk media sosial bagi anak-anak, penting bagi orangtua untuk menunda dan membatasi aktivitas media sosial anak-anak mereka, setidaknya hingga mereka sudah berada di sekolah tingkat atas. 

Untuk apa terburu-buru membuatkan akun media sosial dengan cara memalsukan usia anak-anak?

Bagaimanapun juga, teknologi adalah bagian integral dari kehidupan anak-anak dan remaja. Sebagai orangtua, kita tahu betapa mustahilnya memisahkan anak-anak dari penggunaan teknologi digital. 

Perangkat digital layaknya sebuah pisau, bila dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan kebaikan pula. Berkomunikasi, sebagai alat hiburan yang positif, hingga sebagai alat pendidikan bagi anak-anak. Sisi positif dari perangkat digital inilah yang sebisa mungkin harus orang tua kedepankan.

Tidak dengan cara melarang secara mutlak, namun sesuai dengan rekomendasi para ahli, orangtua harus bisa menyesuaikan penggunaan perangkat digital. 

Ketahui batasan usia anak dengan jumlah waktu layar dan jenis media digital bagi mereka. Libatkan anak-anak dalam pembatasan waktu layar dan berinteraksi secara penuh dengan komunikasi yang hangat dalam keluarga.

Biarkan anak-anak menghadapi permulaan pubertas yang canggung dan biarkan mereka menguasai keterampilan dasar interaksi sosial tatap muka sebelum mereka terjun ke jejaring sosial. Satu-satunya jaringan sosial yang harus dimiliki anak-anak sebelum sekolah menengah adalah IRL -- in real life, dalam kehidupan nyata. 

Interaksi fisik dan permainan yang diciptakan anak-anak saat bebas dari arahan orangtua atau guru adalah salah satu aktivitas paling berharga yang dapat dilakukan anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun