Aku tidak percaya ada penulis bisa mengalami apa yang disebut Writer's Block atau blokir penulis. Kata wikipedia, blokir penulis muncul ketika seorang penulis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan karya baru, atau mengalami perlambatan kreatifitas. Kondisi ini berkisar dalam kesulitan dari munculnya ide-ide asli hingga tidak dapat menghasilkan karya sama sekali.
Gambaran sederhananya; saat kita menghadap layar laptop dan jari sudah menempel di papan ketik, pikiran kita malah kosong. Padahal tadi ada ide-ide yang melintas. Tapi saat sudah siap dituliskan, entah mengapa semua ide tersebut tiba-tiba menguap hilang entah ke mana. Tidak ada yang bisa dituliskan sama sekali.
Apa yang disebut writer block ini hakekatnya hanya penundaan kreativitas. Ide-ide itu tetap ada, namun tertunda proses kreativitasnya karena rasa malas hingga ketakutan karya kreatif kita tidak sempurna.
"It's not the fear of writing that blocks people, it's the fear of not writing well; something quite different."
"Bukan rasa takut menulis yang menghalangi orang, itu adalah rasa takut tidak menulis dengan baik; sesuatu yang sangat berbeda."
Ini adalah kutipan yang bagus dari Scott Berkun bagi mereka yang menyebut dirinya terkena blokir penulis. Ketidakmampuan kita untuk meletakkan kata-kata di halaman itu sebenarnya bukan berasal dari kurangnya kreativitas atau inspirasi, melainkan keengganan bawah sadar untuk menulis apa pun yang tidak sepenuhnya sempurna.
Dalam proses kreativitas, rasa adalah bagian tidak terelakkan. Bersama dengan fakta dan fenomena, rasa merupakan sumber utama datangnya inspirasi. Senang, sedih, marah, gembira hingga patah hati. Semua rasa bisa berbuah karya.
Ketakutan Menuangkan Rasa dalam Karya
Sayangnya, kebanyakan penulis enggan menciptakan karya kreatif yang bersumber dari perasaan emosional mereka. Keengganan ini biasanya disebabkan antara lain:
- Takut akan apa yang orang katakan atau pikirkan jika mereka membaca apa yang kita tuliskan, terutama bila hal itu berhubungan dengan masalah keluarga
- Takut apa yang kita tulis menyinggung seseorang
- Takut mengungkap rahasia pribadi yang mungkin ingin disimpan orang lain
Sebagai introvert, aku awalnya juga merasakan berbagai ketakutan tersebut. Dari kecil aku tidak terbiasa berbagi cerita pribadi dengan orang lain.
Lambat laun seiring dengan profesi penulis konten yang kujalani, aku mulai membuka diri. Kutambahkan unsur cerita pribadi di setiap tulisan yang kubuat. Aku mencoba menuangkan setiap perasaan emosional yang kurasakan dalam bentuk kreativitas menulis.