Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Exodus 1947, Kapal Pengangkut Imigran Israel Pertama ke Palestina

21 Mei 2021   18:21 Diperbarui: 21 Mei 2021   18:29 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah kapal Exodus 1947 adalah kudeta publisitas spektakuler bagi Zionis (wikimedia common)

Kapal sepanjang 98 meter ini awalnya bernama President Warfield, milik presiden Baltimore Steam Packet Company S. Davies Warfield. Pada 1942, War Shipping Administration (WSA) mengakuisisi kapal ini dan mengubahnya menjadi kapal pengangkut untuk Kementerian Transportasi Perang Inggris.

Pada 9 November 1946, organisasi paramiliter Zionis, Haganah, membeli kapal President Warfield dari WSA dan mengalihkannya ke Hamossad Le'aliyah Bet, cabang dari Haganah yang mengorganisir Aliyah Bet. Haganah sengaja memilih kapal ini karena kondisinya sudah terlantar. Haganah berpikir, jika otoritas Inggris melihat kapal terlantar ini membawa pengungsi, mereka akan membiarkannya melewati blokade karena tentu Inggris tidak ingin citranya buruk di mata internasional. Permainan psikologis Haganah akhirnya berhasil.

Sebelum berlayar, semua kapal yang membawa pengungsi Yahudi diganti namanya menjadi nama-nama dalam bahasa Ibrani. Maksudnya agar dapat menginspirasi dan mengumpulkan orang-orang Yahudi Palestina. Hamossad Lealiyah Bet mengganti nama President Warfield menjadi Exodus 1947. Nama ini terinspirasi dari peristiwa eksodus Bani Israil dari Mesir ke Kanaan yang dipimpin oleh Nabi Musa a.s.

Menurut sejarawan Israel Aviva Halamish, Exodus  1947 tidak pernah dimaksudkan untuk "menyelinap ke tepi pantai Palestina," atau berlayar secara sembunyi-sembunyi. Melainkan "untuk menerobos blokade secara terbuka, dengan mengelak dan dengan cepat menggigit, mendamparkan dirinya di tepi pasir dan melepaskan diri." Lalu memuntahkan ribuan pengungsi Yahudi. Kapal itu terlalu besar dan tidak biasa untuk tidak diperhatikan.

Benar juga, bahkan sebelum meninggalkan pelabuhan, Exodus sudah dibayang-bayangi oleh sekoci HMS Mermaid dan pesawat RAF. Selama perjalanannya, kapal tersebut diikuti oleh satu hingga lima kapal perusak Inggris serta sebuah pesawat terbang dan sebuah kapal penjelajah.

Para imigran Yahudi, dibantu oleh anggota paramiliter Haganah sejak awal sudah mempersiapkan diri apabila sewaktu-waktu dicegat oleh aparat Inggris. Kapal itu dibagi menjadi beberapa bagian yang dikelola oleh kelompok yang berbeda dan masing-masing sudah menjalani sesi latihan militer untuk perlawanan.

Aparat Inggris akhirnya berhasil mencegat Exodus 1947 dan naik ke dalam kapal 40 km sebelum lepas pantai Palestina, meski mendapat perlawanan yang keras. Akibatnya, satu relawan Amerika Serikat tewas dan dua pelaut Inggris luka berat. Dari pihak Exodus 1947, dua penumpang tewas tertembak dan sekitar 10 penumpang lainnya menderita cedera. 

Perlawanan Imigran Israel Saat Dideportasi ke Prancis

Inggris kemudian bermaksud mendeportasi imigran di Exodus 1947 ke Prancis. Sebelumnya, para imigran gelap Israel ditempatkan di kamp-kamp interniran di Siprus yang saat itu menjadi koloni Inggris. Kebijakan baru ini dimaksudkan untuk menjadi sinyal bagi komunitas Yahudi dan negara-negara Eropa yang membantu imigrasi bahwa apapun yang mereka kirim ke Palestina akan dikirimkan kembali kepada mereka.

Exodus 1947 lalu digiring ke pelabuhan Haifa. Di sana, para penumpangnya dipindahkan ke 3 kapal sebelum berlayar menuju Prancis. Disaksikan anggota Komisi Khusus PBB untuk Palestina (UNSCOP), ketiga kapal imigran gelap Israel itu berangkat menuju pelabuhan Port-de-Bouc, Marseille pada 19 Juli.

Niat Inggris mendeportasi imigran Israel mendapat tentangan dari Prancis. Ketika kapal tiba di Port-de-Bouc pada 2 Agustus, Pemerintah Prancis mengatakan akan mengizinkan penurunan penumpang hanya jika para imigran sukarela turun dan dideportasi ke Prancis.

Pernyataan ini langsung ditanggapi agen-agen Haganah di dalam kapal yang meminta para imigran untuk tidak turun dan tetap bertahan di kapal, serta menolak upaya Inggris yang ingin menurunkan paksa mereka. Para emigran bahkan melakukan mogok makan dan menolak bekerja sama dengan pihak berwenang Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun