Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dahsyatnya Efek Berganda Lebaran pada Perekonomian Negara

21 Mei 2021   07:13 Diperbarui: 21 Mei 2021   07:14 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di saat ekonomi lesu akibat pandemi, bulan Ramadan dan tradisi mudik lebaran mampu menyelamatkan negeri ini dari resesi ekonomi (Antara Foto/WSJ)

Dalam teori ekonomi makro, peredaran uang senilai Rp 154,5 triliun ini bisa meningkat total omsetnya hingga sepuluh kali lipat akibat dari apa yang disebut multiplier effect of consumption (efek pengganda konsumsi).

Efek pengganda ini mengacu pada peningkatan pendapatan akhir yang timbul dari setiap suntikan pengeluaran baru. Besar kecilnya pengganda tergantung pada keputusan belanja marjinal rumah tangga, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume/mpc), atau menabung, yang disebut kecenderungan menabung marjinal (marginal propensity to save/mps).

Khusus untuk momen lebaran, koefisien MPC lebih besar daripada MPS. Maksudnya, kecenderungan masyarakat untuk konsumtif lebih besar daripada menabung. Saat lebaran, masyarakat lebih banyak menghabiskan pendapatan yang mereka peroleh untuk berbelanja daripada menyimpannya di bank. Besarnya MPC saat lebaran diprediksi bisa mencapai 90% mengingat kecenderungan masyarakat kita yang memang punya pembawaan konsumtif.

Hitung-hitungannya, uang tunai senilai Rp 154,5 triliun yang beredar selama lebaran akan berlipat ganda nilainya sampai sepuluh kali lipat, menjadi Rp 1.545 triliun. Perputaran uang sebesar itu sama nilainya dengan hampir 90% nilai APBN yang dibelanjakan pemerintah selama setahun. 

Asal tahu saja, hingga Februari 2021, belanja pemerintah sudah menyentuh angka Rp 282,7 triliun. Sementara pada lebaran yang baru beberapa hari kita lalui, masyarakat Indonesia sudah membelanjakan uang senilai Rp 154,5 triliun! Dahsyat bukan dampak ekonominya?

Bisa kita lihat, Di saat ekonomi lesu akibat pandemi, bulan Ramadan dan tradisi mudik serta salam tempel lebaran mampu menyelamatkan negeri ini dari resesi ekonomi yang berkepanjangan. Bulan Ramadan dan tradisi mudik itu menghidupkan semua industri yang lesu. Mulai dari industri makanan-minuman, industri tekstil dan garmen, industri sepatu, industri perlengkapan ibadah, hingga petugas parkir dan tukang baca doa di pemakaman umat Islam.

Itulah berkah ekonomi Ramadan dan Lebaran setiap tahunnya di negeri ini, yang membuat ekonomi rakyat tetap hidup bahkan di masa-masa sulit selama pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun