Ada pula kisah kedermawanan Shuhaib bin Sinan. Sebelum masuk Islam Shuhaib bin Sinan adalah putra pejabat kekaisaran Persia. Saat pasukan Romawi menyerbu Persia, Shuhaib ditawan dan diperjualbelikan sebagai budak.
Di Mekkah, Shuhaib dibeli seorang pedagang kaya, yang lalu membebaskannya dan bahkan memberinya modal untuk berniaga.
Semenjak masuk Islam di rumah Arqam bersama sahabat Ammar bin Yasir, rezeki Shuhaib mengalir deras, menjadikannya salah satu saudagar kaya raya.
Meski begitu, kekayaan yang dimilikinya tidak membuatnya lupa diri. Justru semakin menambah kezuhudan dan kecintaan Shuhaib terhadap Islam.
Kedermawanan Shuhaib mencapai puncaknya dalam sebuah peristiwa hijrahnya Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah hendak pergi hijrah, Shuhaib mengetahuinya, dan menurut rencana ia akan menjadi orang ketiga dalam hijrah tersebut, di samping Rasulullah dan Abu Bakar .... Tetapi orang-orang Quraisy telah mengatur persiapan di malam harinya untuk mencegah kepindahan Rasulullah.
Shuhaib terjebak dalam salah satu perangkap mereka, hingga terhalang untuk hijrah untuk sementara waktu, sementara Rasulullah dengan shahabatnya berhasil meloloskan diri atas barkah Allah Ta'ala.
Shuhaib berusaha menolak tuduhan Quraisy dengan jalan bersilat lidah, hingga ketika mereka lengah ia naik ke punggung untanya, lalu dipacunya hewan itu dengan sekencang-kencangnya menuju Sahara luas . Tetapi Quraisy mengirim pemburu-pemburu mereka untuk menyusulnya dan usaha itu hampir berhasil. Ketika Shuhaib melihat dan berhadapan dengan mereka, ia berseru katanya:
"Hai orang-orang Quraisy!
Kalian sama mengetahui bahwa saya adalah ahli panah yang paling mahir . . . . Demi Allah, kalian takkan berhasil mendekati diriku, sebelum saya lepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini, dan setelah itu akan menggunakan pedang untuk menebas kalian, sampai senjata di tanganku habis semua!
Nah, majulah ke sini kalau kalian berani ...
Tetapi kalau kalian setuju, saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku, asal saja kalian membiarkan daku ... !