Rasulullah Saw bersabda, "Demi Allah, seandainya aku di sana, niscaya aku tunjukkan kuburnya kepada kalian di samping jalan pasir merah."
Pelajaran dari Hadis Kisah Nabi Musa Menempeleng Malaikat Maut
Hadis tentang perjumpaan Musa dengan Malaikat Maut tersebut diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Ahadisil Anbiya bab wafatnya Nabi Musa. Imam Muslim meriwayatkannya dalam Kitabul Fadhail bab keutamaan Musa.
Melalui hadis tersebut, Rasulullah memberitakan kepada kita salah satu kemuliaan atau 'hak privilige' yang dimiliki Nabi dan Rasul adalah mereka diberi pilihan, antara melanjutkan kehidupannya di dunia atau pulang ke sisi Rafiqil Ala.
Dalam kisah Nabi Musa ini, Allah mengutus Malaikat Izroil untuk menemui Nabi Musa dalam wujud manusia. Seperti halnya Malaikat Izroil menemui Rasulullah Saw dalam wujud manusia pula.
Ketika bertemu, Malaikat Maut kemudian meminta Musa menjawab panggilan Tuhannya. Artinya ajal Musa sudah tiba dan waktunya sangat dekat.
Nabi Musa yang memiliki temperamen cukup tinggi, kemudian menampar Malaikat Maut. Entah karena menganggap tidak sopan, atau tersinggung dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Waallohu 'a'lam.
Akibat tamparan Nabi Musa, mata Malaikat Maut (dalam wujud manusia rusak). Seandainya Malaikat Maut mendatangi Nabi Musa dalam wujud aslinya, niscaya Nabi Musa tidak akan mampu menempelengnya. Tidak akan bisa!
Setelah ditempeleng Nabi Musa, Malaikat Maut pun mengadu kepada Allah Swt perihal perlakuan Nabi Musa terhadapnya. Allah kemudian mengembalikan mata (manusia) Malaikat Maut dan mengutusnya kembali kepada Nabi Musa dan meminta Nabi Musa meletakkan telapak tangannya ke punggung sapi jantan. Rambut yang tertutupi tangan itulah yang menjadi tanda sisa usia Nabi Musa.
Akan tetapi, ketika Nabi Musa mendapat jawaban bahwa setelah kehidupan yang sedemikian panjang itu dia akan berjumpa lagi dengan Maut, Nabi Musa memohon kepada Allah agar segera mengambil nyawanya agar bisa berada di sisi-Nya!
Apa yang ada di sisi Allah bagi para Nabi dan Rasul-Nya, serta hamba-hamba-Nya yang saleh, itu lebih baik dan lebih kekal.
Setiap yang Bernyawa Pasti Akan Mati
Hadis ini juga mengajarkan pada kita bahwa kematian itu pasti. Sepanjang apa pun usia kita, ujungnya adalah kematian. Tidak ada satu pun makhluk yang bernyawa di dunia ini bisa menghindar dari kedatangan Malaikat Maut. Bahkan seandainya ia bersembunyi di lubang semut, di bunker anti nuklir, di pulau terpencil, di puncak gunung tertinggi, Maut akan mendatanginya.