"Menariknya, saat kita mencerna seluruh emosi kita, kemampuan kita untuk berempati dengan orang lain, tanpa berubah reaktif, semakin meningkat," tulis Sherianna Boyle dalam bukunya.
Sebelum melakukan detoks emosi, Sherianna Boyle menyarankan agar tubuh fisik kita ikut mendukung pembersihan mental. Olahraga ringan, tidur yang cukup, makan bersih (konsep diet dengan menghindari makanan olahan), tetap terhidrasi, membatasi alkohol dan kafein ditawarkan Boyle sebagai langkah persiapan sebelum detoks emosi.
Tahapan Detoks Emosi
Secara singkat, detoks emosi dilakukan dalam tiga langkah:
Mengetahui pemicu emosi
Bagian penting dari langkah ini adalah memperhatikan apa yang memicu emosi tertentu, dan dalam hal apa kita menjadi sangat reaktif dalam hidup. Setelah menemukan penyebabnya, Boyle menyarankan untuk menenangkannya dengan cara olahraga, doa, yoga, pelukan atau tawa.
Melihat ke dalam diri sendiri
 "Proses mencari ke dalam," tulis Sherianna Boyle, "adalah tentang menjembatani kesenjangan, berdiri untuk pengganggu (ego) batin Anda, dan membiarkan diri Anda merasakan getaran sambil membiarkan diri Anda sendiri menerima berkat dari emosi mentah Anda."
Cara untuk menciptakan jembatan di antara keduanya adalah dengan menciptakan dialog yang sehat dengan tubuh Anda, memperhatikan sensasi tubuh Anda sebagai umpan balik untuk penyelidikan diri yang penuh hormat.
Mengeluarkan emosi
Sherianna Boyle menulis, "proses emisi bukan tentang menghilangkan reaktivitas tetapi mengubahnya menjadi sesuatu yang baru." Dia menawarkan suara "hum" yang dilepaskan dalam suara yang panjang dan lambat sebagai cara untuk melepaskan sensasi reaktif dan menciptakan "rasa aman, stabilitas, dan kekuatan".Â
Puasa, Cara Islami Detoks Emosi
Sebenarnya, apa yang disarankan Sherianna Boyle dan banyak ahli psikologi maupun pakar kesehatan mental sudah diajarkan terlebih dulu oleh Rasulullah Saw. Untuk mengatasi ledakan emosi, sehingga mental dan keadaan jiwa kita menjadi sehat, Rasulullah Saw menyarankan kita untuk berpuasa.
Rasulullah Saw bersabda, "Puasa adalah perisai. Oleh karena itu janganlah ia berkata dan bertindak cabul, janganlah ia berkata dan bertindak bodoh, dan janganlah ia berteriak-teriak emosional. Apabila seseorang mencelanya atau menantangnya berkelahi maka hendaknya ia berkata, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa,'" (HR. Bukhari).
Sederhana bukan?