Karena punya keterampilan sulap, Hendra selalu mengawali pelatihan digital marketing bagi UMKM dengan beberapa trik sulap. Tak heran apabila Hendra menjadi fasilitator, suasana pelatihannya selalu semarak dengan tepuk tangan dan teriakan kagum penontonnya.
Meski sudah terbiasa melakukan trik sulap, Hendra selalu berlatih dulu sebelum tampil. Setiap trik sulap yang pernah diperagakannya dilatihnya lagi. Tujuannya agar dia tidak melakukan kesalahan.
Sulap membutuhkan perhatian besar terhadap detail dan banyak latihan. Ketika Hendra melakukan trik kartu, setiap gerakan dan kata berkontribusi pada ilusi. Kesalahan sekecil apa pun dalam posisi tangan dapat merusak trik. Setiap gerakan harus dilakukan untuk memori otot. Dengan begitu, pesulap dapat terlibat dengan penonton dan membuat mereka merasa dilihat dan disertakan.
Dengan memori otot yang kuat, aksi pesulap tidak akan terlihat canggung. Dan untuk menguatkan memori otot agar gerakan tangan tidak terpatah-patah, kata Hendra dia biasa berlatih 4 jam sehari, dan mengulanginya lagi satu jam sebelum pertunjukan.
Menulis storytelling juga begitu. Sebagai penulis, kita ingin pembaca tenggelam dalam setiap kata dan penuh perhatian sepanjang pengalaman membacanya. Kita tidak dapat mencapai tingkat penulisan seperti itu tanpa memperhatikan detail.
Setiap kata, tanda baca, dan spasi harus memiliki tujuan. Penulis harus mempertimbangkan setiap frasa, nada, ritme, dan struktur tulisan, kemudian mengedit atau menulis ulang untuk mendapatkan efek yang maksimal.
Gunakan Ilustrasi atau Narasi Cerita
"Dongeng lebih dari benar: Bukan karena mereka memberi tahu kita bahwa naga itu ada, tetapi karena mereka memberi tahu kita bahwa naga dapat dikalahkan." -- Neil Gaiman
Perhatikan bagaimana pesulap beraksi di depan penonton. Mereka selalu mengawalinya dengan cerita. Bahkan Limbad pun, yang selalu diam seribu bahasa sewaktu mempertontonkan trik sulapnya, juga bercerita lewat gerakan atau bahasa isyarat. Intinya, tak ada pesulap yang tidak bercerita.
Saat pesulap bercerita sambil melakukan trik di atas panggung, ada satu kata yang sering mereka ucapkan. Kata itu adalah "misalnya". Kata ini juga bisa kita gunakan untuk pada artikel kita agar bisa "bercerita".
istilah teknis yang membingungkan bisa kita perjelas dengan ilustrasi yang tepat, dengan menggunakan kata ajaib," misalnya". Untunglah bahasa Indonesia punya banyak padanan kata yang maknanya serupa: ambil contoh; misalnya; seperti, sebagai contoh, iIni berarti, dan beberapa padanan kata yang lainnya. Jadi tak perlu khawatir mengulang kata-kata yang sama.
Selain menggunakan kata-kata ajaib di atas, kita juga bisa menggunakan ilustrasi atau narasi kisah untuk menjelaskan istilah teknis. Misalnya kita bisa menjelaskan istilah ghosting dengan kisah singkat berikut ini:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!