Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menggugat Aturan Plagiarisme Kompasiana dengan Teori Repetisi dan Orisinalitas

6 April 2021   07:25 Diperbarui: 6 April 2021   07:46 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski suatu ide telah ada dan dieksplorasi sebelumnya, tidak berarti perspektif kita tentang ide itu tidak berharga (ilustrasi diolah pribadi)

Jauh sebelum Mark Twain mengemukakan pendapatnya tentang ide murni, Rene Descartes sudah meletakkan dasar teori pemikiran asli melalui ungkapannya yang terkenal, "cogito ergo sum". Ungkapan ini menyajikan gagasan bahwa keberadaan kita terkait dengan kemampuan kita untuk berpikir. Di sini kita bisa bertanya pada diri sendiri, meskipun pikiran itulah yang mendefinisikan kita sebagai manusia, apa dasar dari pemikiran asli kita? Dari mana datangnya pemicu ide atau pemikiran tersebut?

Setiap Ide datang dari Ide Sebelumnya

David Hume pernah berkata bahwa semua ide hanyalah salinan ekspresi. Semua ide telah dipelajari sebagai hasil dari pengalaman kita sebelumnya.

Artinya, ide-ide ini datang dari suatu tempat, atau pasti ada sesuatu yang memicunya. Mereka pasti punya asal. Serupa dengan prinsip kausalitas universal, yang menyatakan bahwa setiap fakta adalah hasil atau kelanjutan dari fakta yang sudah ada sebelumnya.

Manusia adalah gabungan dari kecerdasan, gen, dan pengalaman mereka. Contoh paling sederhana adalah ketika seorang anak belajar bagaimana menjadi manusia, bagaimana menggunakan bahasa, bagaimana berjalan, bagaimana eksis sebagai laki-laki atau perempuan. Anak ini bisa melakukan hal-hal tersebut karena kecerdasan dalam belajar dan pengalamannya mengamati sesuatu yang diulang-ulang (repetisi).

Jadi, apa artinya ini bagi kita dalam dunia kreativitas?

Karena semuanya telah diajarkan, apakah kita berhenti mengejar celah-celah yang belum ditemukan?

Tidak harus demikian. Hanya karena sebuah ide telah ada dan dieksplorasi sebelumnya, tidak berarti perspektif kita tentang ide itu tidak berharga. Hanya karena kita sudah menciptakan karya kreatif, bukan berarti kita tidak bisa menciptakan karya kreatif baru dengan tema yang sama, namun dalam perspektif yang berbeda. 

"Apa yang dipahami oleh seorang seniman yang baik adalah bahwa tidak ada yang datang entah dari mana. Semua karya kreatif dibangun berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya. Tidak ada yang sepenuhnya asli" - Austin Kleon dalam Steal Like an Artist

Orisinalitas mungkin hanya mitos, tetapi cara orisinal untuk mengekspresikan ide atau pikiran masih ada. Sentuhan pribadi kita atas ide atau pemikiran lama itulah yang kemudian menghasilkan sesuatu yang otentik. Seperti yang dikatakan Helena Hegeman, "Tidak ada yang namanya orisinalitas, yang ada hanya keotentikan/keaslian".

***

Kembali pada narasi redaksional aturan Kompasiana, semestinya kata sebagian itu dihapus. Yang dilarang adalah menayangkan ulang keseluruhan konten yang sudah ditayangkan Kompasiana tanpa mengubah apa pun. Baik judul maupun bagian isinya. Ini baru namanya plagiarisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun