Dalam dunia penulisan ada istilah swaplagiat atau self-plagiarism. Porsinya, jika merujuk standar penulisan ilmiah, minimal 35%.
Mengutip pendapat pribadi sama hukumnya dengan mengutip pendapat orang lain.
Persoalannya, apakah pengelola memahami kaidah self-plagiarism? Entahlah.
Sebahagian itu sepadan dengan separuh. Lebih detail lagi, setengah. Jika dipersentasekan, separuh berarti 50%. Itu berbeda dengan mengutip pendapat pribadi. Bukan juga swaplagiat.
Ketentuan ini mesti ada perincian turunannya. Jika tidak, otiritarianisme muncul. Penulis akan kehilangan "ghiroh". Sederhananya, pupus gairah. -- Khrisna Pabhicara dalam komentarnya di grup WhatsApp Kompasianer Berbalas.Â
Saya tak hendak membela diri. Tapi memang benar ada yang salah dengan konteks dan bunyi redaksi aturan Kompasiana tersebut. Seperti yang dikatakan Daeng Khrisna, apakah pengelola (Kompasiana) memahami kaidah self-plagiarism?
Di luar itu, penggunaan kata "sebagian" dalam redaksi aturan tersebut juga membingungkan. Kata "sebagian" bersifat ambigu atau multitafsir. Ada yang mengartikan separuh atau setengah, bisa pula berarti "bagian dari isi", berapa pun porsinya.
Jika Kompasiana melarang penulisnya mengunggah kembali sebagian konten yang sudah ditayangkan Kompasiana, itu sama artinya Kompasiana membunuh kreativitas penulisnya. Karena di dunia ini, tidak ada yang orisinal. Semua karya kreatif yang dibuat seniman, setiap penemuan yang diciptakan ilmuwan merupakan pengulangan atau repetisi dari ide atau karya kreatif yang sudah ada sebelumnya.Â
Teori Pemikiran Murni
Mark Twain, penulis buku legendaris The Adventures of Tom Sawyer berpendapat bahwa tidak ada yang namanya "ide baru". Dia menganggapnya mustahil. Menurut Twain, kita hanya memegang beberapa ide yang ada sebelumnya dan memasukkannya ke dalam semacam kaleidoskop mental.
Mark Twain menggunakan analogi kaleidoskop karena pada dasarnya pola pikir manusia memang seperti kaleidoskop. Kita terus memutar kaleidoskop yang kemudian menghasilkan kombinasi (ide atau pemikiran) baru. Namun seperti yang dikeluhkan Mark Twain dalam otobiografinya, "mereka adalah pecahan kaca berwarna lama yang telah digunakan selama berabad-abad".
Mark Twain bukan satu-satunya yang menolak orisinalitas murni: bahwa tidak ada pemikiran baru, bahwa segala sesuatu yang layak dipikirkan telah dipikirkan sebelumnya. Setiap buku yang ditulis, setiap lagu yang dinyanyikan, adalah produk dari pemikiran dan gagasan lama.