Peringatan: Jangan mencoba mempraktikkan jurus ini tanpa tekad yang kuat untuk terus belajar dan konsisten berlatih menulis.
Aku bisa menebak apa yang kamu pikirkan saat membaca judul dan pengantar di atas. Kamu mungkin berpikir, "Sombong! Memangnya siapa sih penulis ini, kok bisa-bisanya mengklaim jurusnya sakti hingga bisa menulis artikel yang memikat pembaca?
Atau, mungkin pula kamu berpikir, "Ah, paling juga si penulis pingin menyaingi artikelnya daeng Khrisna Pabichara yang pakai judul jurus-jurusan itu." (Kalau ingin tahu apa jurus saktinya daeng Khrisna Pabichara, silahkan membaca :Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel)
Sombong, lebay atau apa pun komentarnya, kuterima dengan senang hati. Asal kamu tahu, meskipun judulnya lebay dan terkesan santai, isi artikel ini sangat serius. Kalau enggak percaya, silahkan membaca dengan seksama.
***
Jurus Sakti Menulis Artikel Populer yang Memikat Pembaca
Jurus sakti yang hendak kukenalkan ini mirip dengan jurus hong-in-bun-hoat (Ilmu Sastra Angin dan Mega) yang diciptakan Bu Kek Siansu lalu diturunkan ke Pendekar Suling Emas Kam Bu Song (silahkan membaca cerita silat Bu Kek Siansu, Suling Emas dan Cinta Bernoda Darah karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo).
Jurus hong-in-bun-hoat tidak memiliki gerakan tambahan atau gerakan pemanis seperti jurus-jurus silat lainnya. Sang pemilik jurus (Bu Kek Siansu dan Suling Emas) hanya perlu menggerakkan tangan untuk menulis kata-kata tertentu di udara. Meski hanya satu kata, gerakan tangan di udara ini bisa mengacukan gerakan silat lawan dan mengalahkannya.
Prinsip jurus sakti yang kunamakan Menggores Tanah Menampar Muka ini juga sama dengan Ilmu Sastra Angin dan Mega: Tak ada basa-basi.
Tak perlu memberi tahu pembaca tentang wawasan luas yang kamu miliki. Tak perlu berpanjang lebar menjelaskan latar belakang.
Dalam kalimat yang lebih jelas, jurus sakti menulis artikel populer yang memikat pembaca adalah:
"Mulailah dengan kesimpulan terpenting dan kemudian jelaskan bagaimana kamu bisa sampai di sana."
Sampaikan poin-poin penting dari ide artikelmu di paragraf-paragraf awal. Kemudian ajak pembaca menelusuri pola pikirmu hingga sampai pada kesimpulan terpenting itu.
Pembaca Online Tidak Sabar, Jangan Buang Waktu Mereka
Satu-satunya alasan mengapa kamu harus menggunakan jurus ini adalah karena faktor psikologi pembaca. Aku beri ilustrasi seperti ini:
Misalnya saat kamu membaca artikel (apa pun tema atau genrenya), dari mana kamu mengawalinya?
Dari paragraf pertama, berlanjut ke paragraf kedua dan dengan sabar terus membaca setiap kalimat yang disajikan penulisnya?
Atau,
Kamu baca paragraf pertama, lalu ketika mendapati paragraf pertama itu tidak menarik, terlalu bertele-tele, banyak basa-basi, kamu men-scroll layar dan matamu memindai artikel untuk mencari informasi penting sebelum memutuskan membacanya dengan tuntas?
Aku cukup yakin, kamu akan memilih jawaban kedua. Dan aku cukup yakin pula, dalam waktu maksimal 20 detik kamu bisa menilai artikel itu menarik atau tidak hanya dengan membaca paragraf pertamanya!
Karakter pembaca online berbeda dengan pembaca buku fisik. Pembaca online cenderung tidak sabar. Di internet, orang-orang ingin bergerak dengan cepat dari website A ke website B. Maka mereka tidak akan membaca artikel kata per kata.
Menurut penelitian Nielsen, 79% pembaca internet memindai artikelnya terlebih dahulu sebelum membacanya dengan serius. Mereka melakukan pemindaian artikel secara vertikal, kemudian ketika menemukan kalimat yang menarik barulah mereka membaca secara horizontal. Pola pembaca ini disebut F-shaped pattern, karena bentuknya seperti huruf F. Tentu saja, yang pertama kali dipindai adalah paragraf pertama.
Jika kamu menemukan paragraf pertamanya menarik, kamu akan berhenti memindai dan mulai membaca dengan serius. Namun jika paragraf pertamanya bertele-tele, terlalu banyak kalimat yang tidak penting, penulisnya menghambur-hamburkan kata demi memenuhi jumlah kata yang ideal, kemungkinan besar kamu akan menutup tab dan berpindah ke artikel lain.Â
Jangan Menggunakan Teknik Piramida Terbalik Saat Menulis Artikel PopulerÂ
Memang benar, salah satu kebiasaan salah dari penulis konten adalah mereka meluangkan banyak waktu untuk menulis pembuka artikel yang panjang lebar. Terlalu banyak basa-basi.
Dalam pergaulan sosial, basa-basi itu penting dan perlu karena termasuk norma kesopanan. Tapi dalam dunia menulis kreatif, basa-basi itu justru akan jadi bumerang. Pembaca online tidak suka basa-basi.
Kebiasaan yang salah ini muncul bukan karena kecelakaan. Melainkan karena sejak kecil kita diajari menulis dengan cara seperti itu.
Masih ingat bagaimana guru kita dulu mengajari cara menulis esai?
Ya, dengan teknik piramida terbalik!
Berikan latar belakang yang luas dulu, kemudian ajak pembaca mengikuti pola pikir dan argumentasi kita hingga sampai pada kesimpulan puncaknya!
Kebiasaan ini akhirnya memunculkan kepercayaan, bahwa kita harus mengejutkan pembaca di bagian paling akhir dengan wawasan yang mendalam terlebih dahulu. Tapi ingat, jurus yang kukenalkan tadi adalah jurus untuk menulis artikel populer, bukan jurus menulis novel detektif a la Agatha Christie.
Jadi, alih-alih menggunakan teknik piramida terbalik, buatlah artikel populer dengan teknik piramida asli. Kesimpulan penting dulu, baru kemudan mengembangkan kesimpulan itu dalam beberapa wawasan pengetahuan atau informasi yang berkaitan erat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H