Jika kamu menemukan paragraf pertamanya menarik, kamu akan berhenti memindai dan mulai membaca dengan serius. Namun jika paragraf pertamanya bertele-tele, terlalu banyak kalimat yang tidak penting, penulisnya menghambur-hamburkan kata demi memenuhi jumlah kata yang ideal, kemungkinan besar kamu akan menutup tab dan berpindah ke artikel lain.Â
Jangan Menggunakan Teknik Piramida Terbalik Saat Menulis Artikel PopulerÂ
Memang benar, salah satu kebiasaan salah dari penulis konten adalah mereka meluangkan banyak waktu untuk menulis pembuka artikel yang panjang lebar. Terlalu banyak basa-basi.
Dalam pergaulan sosial, basa-basi itu penting dan perlu karena termasuk norma kesopanan. Tapi dalam dunia menulis kreatif, basa-basi itu justru akan jadi bumerang. Pembaca online tidak suka basa-basi.
Kebiasaan yang salah ini muncul bukan karena kecelakaan. Melainkan karena sejak kecil kita diajari menulis dengan cara seperti itu.
Masih ingat bagaimana guru kita dulu mengajari cara menulis esai?
Ya, dengan teknik piramida terbalik!
Berikan latar belakang yang luas dulu, kemudian ajak pembaca mengikuti pola pikir dan argumentasi kita hingga sampai pada kesimpulan puncaknya!
Kebiasaan ini akhirnya memunculkan kepercayaan, bahwa kita harus mengejutkan pembaca di bagian paling akhir dengan wawasan yang mendalam terlebih dahulu. Tapi ingat, jurus yang kukenalkan tadi adalah jurus untuk menulis artikel populer, bukan jurus menulis novel detektif a la Agatha Christie.
Jadi, alih-alih menggunakan teknik piramida terbalik, buatlah artikel populer dengan teknik piramida asli. Kesimpulan penting dulu, baru kemudan mengembangkan kesimpulan itu dalam beberapa wawasan pengetahuan atau informasi yang berkaitan erat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H