Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ghosting dan Untung Rugi Menjadi Ghost Writer

1 Maret 2021   08:16 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:51 3240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eh, apa hubungannya ghosting dengan ghost writer?

Perilaku ghosting memang tidak ada hubungannya secara langsung dengan profesi yang disebut ghost writer. 

Secara terminologi saja jelas berbeda. Tapi kalau kita melihatnya dari sudut etimologi atau akar katanya, ghosting dan ghost writer punya keterkaitan.

Keduanya berasal dari kata ghost atau hantu. Menurut kamus Oxford, ghosting adalah praktik mengakhiri hubungan pribadi dengan seseorang secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan menarik diri dari semua bentuk komunikasi.

Lebih jelasnya lagi, Wikipedia mengatakan ghosting adalah tindakan memutuskan hubungan (seringkali hubungan yang intim) dengan menghentikan semua komunikasi dan kontak dengan pasangan tanpa peringatan atau justifikasi yang jelas, serta mengabaikan upaya pasangan untuk menjangkau atau berkomunikasi.

Sederhananya: pasanganmu tiba-tiba menghilang. Ditelpon cuma terdengar nada tunggu, di-WhatsApp cuma centang abu-abu.

Tapi tunggu dulu, tulisan ini tak hendak membahas lebih mendetail tentang ghosting. Kalau kamu penasaran, kamu bisa membacanya di artikel tentang fenomena ghosting yang sudah kutulis jauh-jauh bulan sebelumnya.

Ghost Writer, Profesi yang Sangat Misterius

Kali ini, aku ingin membahas apa itu ghost writer dan untung ruginya. Seperti halnya ghosting, profesi ghost writer bisa dikatakan profesi bayangan: ada namun tak bisa dirasakan.

Namanya juga ghost writer, sudah pasti sosoknya tidak terlihat. Namun meski tidak terlihat, percayalah ada banyak penulis yang mendapat penghasilan sah (lagi halal) dengan menjadi ghost writer. Berapa banyak?

Dari sekian ribu penulis di Kompasiana, dan sekian juta penulis di seluruh dunia, berapa banyak yang menjadi ghost writer?

Aku sih kenalnya cuma satu orang, yakni diriku sendiri. Tapi maaf, tentu saja aku tak bisa menyebutkan apa saja karya-karyaku sebagai ghost writer karena jika itu kulakukan, itu berarti aku mengkhianati kepercayaan. Runtuhlah reputasi dan kredibilitasku sebagai ghost writer.

Kita tidak akan pernah tahu berapa jumlahnya dan siapa saja penulis yang menjadi ghost writer. Setiap ghost writer tidak akan mengaku kepada orang lain kalau mereka penulis hantu yang menuliskan karya-karya atas nama orang lain.

Ghost Writer = Meng-ghosting karya tulis

Definisi dari profesi ghost writer melintas ke berbagai jenis penulisan. Tak hanya menulis naskah buku yang dicetak secara fisik, ghost writer juga mencakup penulis atau blogger yang membuat artikel deskripsi produk, data promosi, atau artikel-artikel di blog perusahaan yang nama penulisnya tak pernah dicantumkan di bagian bawah. Content writer atau copywriter pada perusahaan juga dapat dikategorikan ghost writer.

Pada dasarnya, konsep ghost writing adalah kita melepaskan semua hak atas pekerjaan kita dan memberikannya kepada orang atau organisasi atau perusahaan yang mana kita mengikat kontrak kerja.

Dalam bahasa cinta yang sederhana, menjadi ghost writer berarti kita harus meng-ghosting karya tulis kita. Kita membuat karya kreatif lalu meninggalkannya tanpa jejak nama.

Tapi tidak selalu begitu. Kadang-kadang, nama ghost writer bisa disebutkan dalam cetakan kecil di buku-buku yang penerbitnya mengizinkan sebagian royalti buku dibayarkan kepada mereka. Tentu saja, hal ini juga tergantung pada kesepakatan kontrak antara ghost writer, penerbit, dan pihak yang menyewa ghost writer.

Tetapi, hal ini jarang terjadi. Lebih seringnya, ghost writer dikontrak lepas. Artinya, penulis hantu dikontrak per buku/artikel yang diterbitkan dan melepas hak kekayaan intelektual mereka ke pihak yang mengontraknya.

Keuntungan Menjadi Ghost Writer

Menjadi penulis hantu punya keuntungan yang lebih dibandingkan menjadi penulis yang bekerja atas nama pribadi. Di antaranya adalah:

1. Penghasilan Besar dan Tetap
Kalau kamu menulis atas nama pribadi, belum tentu kamu punya penghasilan yang besar dan tetap. Tanyakan pada hampir semua penulis atau blogger. 

Penghasilan yang didapat tergantung dari berapa banyak eksemplar buku yang terjual atau artikel yang diklik, kalau kamu menautkan blog pribadimu dengan afiliasi iklan.

Berbeda bila kamu melepas namamu dan menjadi penulis hantu bagi perorangan atau perusahaan. Terkadang kamu bisa menerima honor yang cukup besar jika kamu diminta untuk menulis memoar tentang tokoh terkenal atau menulis artikel untuk brand-brand ternama.

Untuk jenis tulisan yang ditayangkan di blog, kamu bisa mendapat honor hingga 1 juta per artikel. Kalau kamu bisa mendapat kontrak ghost writing biografi tokoh, honornya bisa lebih besar lagi. Satu buku bisa dihargai hingga jutaan rupiah.

2. Bisa Meningkatkan Keterampilan Menulis
Dengan menulis dalam berbagai genre, kamu dapat meningkatkan keterampilan menulismu dan dalam jangka panjang bisa meretas jalan kesuksesanmu sebagai penulis yang lebih baik. Kamu akan belajar bagaimana menyesuaikan gaya tulisan karena setiap pekerjaan akan membutuhkan penekanan yang berbeda.

3. Kamu Masih Dapat Menyebut Diri sebagai Penulis
Sekalipun karyamu atas nama orang lain dan kamu tidak dapat memberi tahu orang lain tulisan apa saja yang sudah kamu hasilkan, kamu masih dapat menyebut dirimu sebagai penulis.

Kerugian Menjadi Ghost Writer

Selain tiga hal yang menguntungkan tersebut, menjadi ghost writer juga ada risiko dan kerugiannya tersendiri. Di antaranya adalah:

1. Tidak Ada Kredit Keterampilan
Kalau kamu ingin menjadi ghost writer, risiko dan kerugian pertama yang harus kamu terima adalah kamu tidak dapat mengambil kredit untuk setiap pekerjaanmu. Betapapun hebatnya keterampilan menulismu, orang lain yang akan mengklaim kepemilikan hak intelektualnya secara sah.

Kamu juga tidak dapat menyebutkan setiap karya tulismu sebagai ghost writer dalam portofolio, kecuali kamu diberi izin khusus oleh orang yang menyewa jasamu.

2. Tidak Bisa Menunjukkan Kepribadian Lewat Tulisan
Menjadi ghost writer berarti kamu harus bisa menjadi bunglon. Kamu harus bisa mengubah nada, suara dan gaya tulisan sesuai dengan format yang sudah ditentukan klien.

Biasanya, klien akan menyertakan persyaratan-persyaratan tentang "kepribadian" tulisan itu dalam briefing yang mereka berikan. Misalnya tulisan itu harus bernada semi formal, bergaya kasual, sudut pandang orang pertama, hingga target pembaca yang ingin dituju.

Dengan segala macam term of conditions tersebut, tentu saja kamu tidak dapat menggunakan kepribadianmu sendiri lewat karya tulis yang kamu hasilkan.

3. Tidak Bisa Menentukan Harga
Salah satu prinsip dasar ghost writer adalah memegang teguh kerahasiaan klien. Otomatis, kamu tidak dapat menunjukkan bukti atas hasil karyamu pada klien.

Hal ini tentu saja berpengaruh pada penentuan harga kontrak. Ketiadaan contoh hasil karya dalam portofolio membuat dirimu tidak bisa menaikkan nilai tawar. Nilai kontrakmu sepenuhnya ditentukan oleh klien.

Kamu juga tidak bisa mencari perbandingan harganya di luar karena biasanya setiap ghost writer tutup mulut mengenai besaran nilai kontrak yang mereka dapatkan.

Peluang Menjadi Ghost Writer di Dunia Kepenulisan

Nah, itu tadi beberapa keuntungan dan kerugian dari penulis yang menjadi ghost writer. Sekalipun industri ini misterius karena kita tidak pernah tahu berapa orang yang terekam secara resmi menjadi ghost writer, selalu ada peluang buat para penulis.

Menjadi penulis makalah atau karya tulis ilmiah bagi orang-orang yang malas menulis bisa menjadi awal karir sebagai ghost writer. Apakah ini sah dan tidak melanggar etika?

Menurutku sih sah dan tidak melanggar etika. Pekerjaanmu adalah menulis, sementara beban moral dan beban etikanya berada di tangan orang yang menyewa jasamu.

Blogging juga menawarkan peluang yang besar untuk menjadi ghost writer. Banyak pembaca blog dengan naif mengira itu semua ditulis oleh blogger yang mereka ikuti. Sungguh kesalahan yang sangat besar.

Sekarang ini sudah menjadi praktik umum membayar penulis hantu untuk menulis artikel di blog-blog perusahaan atau bahkan blog pribadi yang tingkat kunjungannya besar.

Guest blogger (blogger tamu) berbeda dengan ghost writer. Guest blogger akan disebutkan kreditnya di awal artikel sebagai bentuk penghormatan sekaligus pemberitahuan kepada pembaca. Sementara ghost writer sudah tentu tidak disebutkan namanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun