Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersyukurlah Aib Kita Masih Ditutupi Oleh-Nya

20 Februari 2021   20:36 Diperbarui: 20 Februari 2021   20:37 1849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saking semangatnya menyebutkan aib orang lain, kita lupa dengan aib sendiri yang sudah ditutupi oleh-Nya (ilustrasi diolah pribadi)

Dalam sebuah pengajian, Ustaz Karim mengawali kajiannya dengan menyampaikan pesan tentang aib.

"Bapak Ibu jamaah yang kami hormati. Saya berdiri di sini, menyampaikan nasihat-nasihat dan ilmu agama, bukan berarti saya paling baik di antara bapak dan ibu sekalian. Saya tampak baik dan alim hanya karena Allah menutupi aib-aib yang saya miliki. Seandainya Allah membuka aib-aib tersebut, niscaya bapak ibu sekalian tidak akan mau mendengar ceramah saya. Bahkan untuk sekedar bergaul dan berkenalan dengan saya pun bapak ibu mungkin pula enggan."

Tertutupnya aib, merupakan nikmat tersembunyi. Mungkin saking tersembunyinya, kita sering tidak menyadari dan lupa mensyukurinya.

Sekarang coba bayangkan, seandainya Allah membuka semua aib yang kita miliki. Dari yang terkecil sampai yang terbesar. Dari aib berbohong, mengutil barang tetangga, melirik wanita atau lelaki lain, hingga aib besar seperti selingkuh atau zina.

Kalau keadaan kita ditelanjangi habis-habisan seperti itu, apakah kita masih bisa menanggung malu? Apakah masih ada kerabat, tetangga, atau teman yang masih mau bergaul dan berdekatan dengan kita.

Karena, seperti yang disampaikan dalam pesan Ustaz Karim di atas, mungkin kita sendiri yang tidak mau bergaul dan berdekatan dengan orang-orang yang aibnya dibuka lebar.

Tidak ada manusia yang sempurna akhlaknya, kecuali Muhammad Rasulullah SAW. Ada yang suka bersedekah tapi jarang salatnya masih bolong-bolong. Ada yang rajin salat tapi pelitnya setengah mati.

Ada yang rajin puasa sunah tetapi masih pemarah. Ada yang penyabar tetapi jarang puasa karena tidak kuat menahan lapar. Ada yang tak pernah ketinggalan duduk di majelis ilmu tapi lisan masih tajam. Ada yang jarang hadir di pengajian tapi tutur katanya lembut.

Di antara keburukan yang diperbuat setiap orang, selalu ada kebaikan yang dimilikinya. Begitu juga dengan diri kita, di antara kebaikan yang kita punya, kita pun memiliki keburukan.

Sayangnya, kita lebih sering dan lebih mudah melihat keburukan orang lain, hingga dikatakan satu keburukan yang diperbuat menghapus seribu kebaikan yang sudah dilakukannya. Kita lebih sering mengingat dan membicarakan aib orang lain, sampai lisan kita tak pernah mengucapkan dan mengingat satu pun kebaikan yang sudah diperbuatnya.

Saking semangatnya kita menyebutkan aib-aib orang lain dengan dalih nasihat, kita jadi buta dan tidak menghargai kebaikan-kebaikannya. Saking semangatnya membicarakan aib orang lain, kita lupa dengan aib sendiri yang sudah ditutupi oleh-Nya.

Saat membicarakan aib orang lain, kita seolah menjadi manusia suci tanpa cela. Padahal, mungkin saja aib dan dosa kita lebih banyak dari orang yang kita bicarakan tersebut.

Kita sendiri juga membutuhkan nasehat. Amal ibadah kita juga tak lengkap dan banyak kurangnya. Kebaikan yang sudah kita lakukan mungkin bisa dihitung dengan jari, sementara keburukan yang pernah kita lakukan sudah tak terhitung jumlahnya dan masih sering kita lakukan.

Agama ini adalah Nasehat.

Tugas kita adalah saling menasehati, tetapi tetap tak lupa untuk terus memperbaiki diri.

Tugas kita adalah saling mengingatkan, tetapi tetap tak lupa bahwa kita juga memiliki cela dan aib.

Jangan menasehati dengan rasa tinggi hati, jangan menasehati dengan rasa paling bersih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun