"Kritikus adalah teman kita, mereka menunjukkan kesalahan kita" - Benjamin Franklin
Setiap orang bisa mengkritik. Setiap orang bisa mengecam atau menanggapi hasil karya, pendapat, maupun proses kerja. Tapi, sedikit sekali orang yang bisa menyampaikan kritik yang membangun (kritik konstruktif).
Kritik konstruktif adalah memberikan komentar dan saran yang berguna dan berkontribusi pada hasil positif, proses yang lebih baik atau perilaku yang lebih baik. Kritik seperti ini memberikan dorongan, dukungan, tindakan korektif, dan arahan kepada orang yang menerimanya. Mengetahui cara memberikan kritik yang membangun adalah salah satu keterampilan yang berharga.
Kritik konstruktif tidak selalu bersifat positif, yakni dengan membiarkan membiarkan seseorang tahu bahwa mereka baik-baik saja. Suatu kritik juga bisa bersifat negatif, yakni dengan membiarkan orang tahu tentang cara-cara di mana suatu proses atau hal lain dapat ditingkatkan. Atau juga bisa bersifat netral, yakni berupa pengamatan obyektif.
Kritik yang membangun tidak boleh disampaikan sebagai serangan pribadi (personal insult) atau hanya daftar rangkaian kesalahan. Sekalipun konten kritiknya bersifat negatif (menunjukkan kesalahan), cara penyampaiannya harus konstruktif yakni dengan memberi saran perbaikannya.
Dua Elemen Penting dalam Kritik Konstruktif
Dalam menyampaikan kritik yang membangun, ada dua elemen penting yang wajib diperhatikan:
1. Isi dari kritikan
Kritik yang konstruktif bersifat spesifik dan fokus pada masalah. Kritik yang membangun tidak didasarkan pada penilaian tentang individu yang dikritik. Melainkan berdasarkan penilaian jujur dari apa yang dapat diamati. Kritik konstruktif mengesampingkan asumsi apa pun dari kritikus tentang sikap atau motivasi individu yang dikritik. Bila perlu, kritikus bisa menyampaikan beberapa arahan khusus tentang cara melakukan perbaikan.
2. Cara menyampaikan kritikan
Supaya membangun, kritik tidak boleh disampaikan dengan cara yang dapat memancing perasaan terluka, malu, defensif, perlawanan, atau rasa gagal dari individu yang dikritik. Ingat, bersikap jujur bukan berarti tidak bisa bijaksana.
Cara menerima kritik konstruktif
Tidak setiap orang bisa menerima kritik dengan bijaksana. Banyak yang merasa kesulitan untuk menerima kritik yang membangun karena kita secara naluriah ingin membela diri. Kebanyakan kita cenderung menganggap kritik sebagai serangan, baik terhadap kinerja maupun pribadi kita.
Sebagai manusia, kita juga cenderung mencari pembenaran daripada melihat dan menerima kebenaran, sekalipun itu disampaikan oleh lawan.
Pemimpin yang baik selalu menyambut kritik atau perspektif dari karyawan sebagai sumber daya, alih-alih menganggapnya sebagai ancaman atau penghinaan. Kita mungkin tidak setuju dengan kritik yang disampaikan, tetapi jangan sampai menolak dan mengabaikannya begitu saja.Â
Menolak kritikan justru akan membuat pikiran kita menutup diri terhadap setiap informasi baru. Dengan menghindari kritik, kita kehilangan kesempatan untuk belajar.
Bahkan ketika kita merasa sakit hati atau bersikap membela diri, berterima kasih lah atas kejujuran orang yang sudah menyampaikan kritik. Sikap ini penting kita lakukan agar dapat menciptakan ruang dialog terbuka.
Daripada menentang kritik, lebih baik merasa penasaran dan ajukan pertanyaan. Dengan menerima kritik, kita dapat berpikir kritis tentang kekuatan dan kekurangan yang kita miliki, yang membantu kita menghindari hasil negatif. Penerimaan positif atas setiap kritik yang disampaikan dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang-orang di sekitar kita sehingga bisa menciptakan kenyamanan dalam hubungan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H