Hal ini hanya bisa dilihat orang lain secara lahiriah saja. Dari tampak luar, lelaki bisa dikatakan saleh karena ia terlihat rajin menjalankan perintah agamanya.
Bagaimana dengan sisi batinnya? Orang lain tidak akan tahu kecuali ia sudah kenal begitu dekatnya dengan lelaki saleh tersebut. Bisa jadi, meskipun terlihat rajin salat, lelaki itu memiliki beberapa sifat yang tidak cocok bagi calon pasangannya nanti.
Misalnya, lelaki itu bawaannya serius, sangat pendiam, melankonis, sulit tertawa, memiliki pergaulan sosial terbatas. Sedang pasangannya, memiliki karakter sebaliknya: seorang sosialita, aktifis muslimah yang senang bergaul dengan yang lain, suka humor, dan sebagainya.
Sifat si lelaki itu bukan sifat yang jelek, hanya saja karakter pribadinya tidak cocok dengan pasangannya yang memiliki sifat yang berlawanan. Bahasa gaulnya, tidak ada chemistry diantara keduanya yang kelak bisa membawa kebahagiaan dalam berkeluarga.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda yang ditujukan pada orang tua yang hendak menikahkan putrinya,
"Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama (Islam) dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tak kau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang panjang." (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah).
Perhatikan teks hadis tersebut. Rasullah mengatakan "lelaki yang kau ridhai agama dan akhlaknya". Â Sabda Rasulullah SAW itu memberi pengertian pada kita bahwa orang tua dalam memilih calon menantu, syaratnya harus ridha terhadap agama dan perangainya!
Karena memang tidak semua lelaki saleh, disetujui cara beragama dan perangainya oleh istrinya. Jadi, ada unsur penilaian manusia di sini. Sedang penilaian manusia itu hanya terbatas pada sesuatu yang lahiriah atau yang tampak.
Kisah Fatimah binti Qays bisa menjadi pelajaran bagi kita akan makna suami yang salih. Suatu saat, ia dilamar dua lelaki. Tak tanggung tanggung, yang melamarnya adalah dua sahabat Nabi yang jadi pejabat, yaitu Mu'awiyah dan Abu al-Jahm. Menanggapi lamaran dua lelaki salih dan memiliki keyakinan agama yang baik ini, Fatimah meminta nasihat kepada Rasulullah SAW.
Apa nasihat Rasulullah kepada Fatimah?
Nabi menjelaskan, baik Mu'awiyah maupun Abu al-Jahm, tidak cocok untuk menjadi suami Fatimah binti Qays. Nabi tidak menjodohkan Fatimah dengan salah satu dari keduanya, karena Nabi mengetahui karakter Fatimah, juga karakter Mu'awiyah dan Abu al-Jahm.