Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Tak Ada Peramal yang Bisa Meramalkan Pergerakan Saham?

18 Januari 2021   08:10 Diperbarui: 21 Januari 2021   16:00 4173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, seperti itulah bila peramal meramalkan nasib dirinya sendiri. Dia mungkin bisa "melihat masa depan" orang lain, tapi dia tidak bisa melihat masa depannya sendiri.

Peristiwa yang Memiliki Hukum Kausalitas Tidak Bisa Diramalkan

Di luar ketidakmampuan peramal meramalkan dirinya sendiri, peramal juga jarang -- kalau boleh dikatakan belum pernah -- meramalkan sesuatu yang memiliki kausalitas, atau hukum sebab akibat yang rasional.

Pergerakan harga saham atau nilai tukar mata uang termasuk salah satu hal yang mematuhi hukum kausalitas tersebut. Sebuah saham akan bernilai tinggi atau jatuh karena ada faktor-faktor pasti yang mendukungnya. Misalnya produktivitas atau kinerja perusahaan yang bersangkutan. Begitu pula dengan nilai mata uang, tergantung dari stabilitas politik dan stabilitas sistem keuangan negara.

Sementara bencana alam, kecelakaan transportasi, rumah tangga artis, atau peta politik suatu negara tidak tergantung pada faktor-faktor yang pasti.

Terlepas dari hasil ramalan yang beberapa di antaranya dianggap tepat, sebagai umat beragama yang percaya adanya takdir dan ketetapan Allah, tak semestinya kita percaya dengan apa yang diramalkan seseorang. Hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang bersifat gaib. Dan, Allah pula yang menetapkan takdir masa depan alam semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun