Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Petrichor", Aroma yang Kita Cium Saat Hujan Turun Membasahi Bumi

5 Januari 2021   20:59 Diperbarui: 5 Januari 2021   21:30 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bau hujan yang segar dalam bahasa ilmiah disebut petrichor (ilustrasi: unsplash.com/Mike Kotsch)

Sudah seminggu ini matahari di Kota Malang enggan menampakkan diri. Hujan pun akhirnya tak malu lagi untuk turun ke bumi. Sepanjang hari, dari pagi hingga malam, rintik hujan terus mengguyur kota Malang.

Sungguhpun kadang merepotkan karena kalau keluar kita harus mengenakan jas hujan, aku menyenangi musim penghujan. Aku sangat gembira dengan kedatangannya karena tak perlu repot harus menyirami tanaman-tanaman yang mulai mengering.

Di luar itu, ada satu hal lagi yang membuatku selalu menantikan kedatangan hujan.

Bukan karena dia membawa kenangan dengan sang mantan. Bukan pula karena dia mampu membawa suasana yang mendukung terciptanya puisi-puisi yang menyayat hati. Aku selalu menantikan datangnya hujan karena dengan begitu aku bisa merasakan aroma khas hujan yang segar.

Kamu pernah merasakannya juga bukan? Ketika tetes demi tetes air hujan yang turun dari langit membasahi bumi, aroma itu langsung menyebar dan menyergap hidung. Begitu segar hingga semangat yang sebelumnya pudar bisa bangkit kembali.

Petrichor, Aroma Khas Hujan yang Segar

Bau hujan yang segar ini, dalam bahasa ilmiah disebut "petrichor", dari kata Yunani "petra" yang artinya "batu" dan "ichor", yang mengacu pada cairan yang mengalir seperti darah di pembuluh darah para dewa mitologi Yunani.

Petrichor terbentuk karena perpaduan tiga komponen:

  1. Senyawa yang disekresikan oleh bakteri penghuni tanah,
  2. Minyak nabati dari beberapa tanaman
  3. Ozon.

Di dalam tanah, terdapat bakteri bernama Actionobacteria. Bakteri penghuni tanah ini mengeluarkan senyawa organik yang disebut geosmin. Senyawa ini bertanggung jawab atas aroma tanah (earthy) dan rasa bit yang bersahaja.

Ketika musim kemarau, Actionobacteria menghasilkan spora sebagai mekanisme mereka untuk bertahan hidup. Nah, dari spora inilah keluar senyawa geosmin.

Ketika tetes air hujan mendarat di tanah, spora-spora dari Actionobacteria yang membawa senyawa aromatik geosmin terpental ke udara. Akhirnya, senyawa aromatik itu pun terhirup oleh kita.

Bau khas hujan yang ditimbulkan senyawa geosmin ini paling sering muncul saat hujan turun untuk pertama kalinya, dalam beberapa saat. Ingat kan bagaimana aroma khas yang timbul ketika tanah yang kering kemudian tersiram air? Setelah beberapa saat, aroma khas itu pun menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun