Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Cincin Pernikahan di Jari Manis

19 Desember 2020   21:22 Diperbarui: 19 Desember 2020   21:35 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasangkan cincin pernikahan di jari manis ada filosofi sarat makna yang menandakan betapa berharganya pasangan kita (ilustrasi: allevents.in)

Mengapa cincin pernikahan itu (hampir) selalu dipasang di jari manis? Bukan di telunjuk, jari tengah, kelingking apalagi jempol.

Ternyata, ada filosofinya lho.

Memasang cincin di jari manis bukan sekedar untuk penghias tangan, penanda kita sudah punya pasangan resmi, atau karena ukuran cincinnya pas dengan jari manis kita.  Tetapi, ada filosofi sarat makna yang melekat, yang menandakan betapa berharganya pasangan hidup kita.

Seperti apa filosofinya?

Sebelum kujelaskan, silahkan ikuti sedikit eksperimen berikut:

Tangkupkan kedua telapak tangan, dan masing-masing jari tangan kanan melekat pada jari-jari di tangan kiri. Tekan kuat dan pastikan posisi masing-masing jari bertemu dengan pasangannya.

Posisikan kedua telapak tangan seperti pada salam namaste (istockphoto.com)
Posisikan kedua telapak tangan seperti pada salam namaste (istockphoto.com)

Kemudian telungkupkan jari tengah tangan kanan ke punggung telapak tangan kiri, dan jari tengah kiri ke punggung telapak tangan kanan.

Setelah itu, buka atau pisahkan jari jempol yang saling melekat. Mudah bukan?

Kemudian buka atau pisahkan jari telunjuk. Sama mudahnya dengan membuka jari jempol.

Berikutnya, buka atau pisahkan jari kelingking. Mudah juga bukan?

Nah, sekarang coba buka atau pisahkan jari tengah yang saling melekat. Bisa?

Bisa kalau tangkupan tangan kita tidak melekat kuat. Tapi, kalau kedua telapak tangan kita melekat erat dan ditekan kuat, kita tidak akan bisa memisahkan jari tengah.

Jari jempol ibaratnya orangtua kita. Ketika kita menikah, kita berpisah dengan orangtua yang sudah melahirkan dan membesarkan kita sejak kecil. Meskipun kita masih tetap menjaga silaturahmi dengan mereka.

Jari telunjuk ibaratnya sahabat atau teman-teman kita. Setelah menikah, kita berpisah dengan mereka karena fokus dengan pasangan kita masing-masing. Sekalipun begitu, kita juga masih tetap menjaga silaturahmi dengan sahabat dan teman-teman kita semua.

Jari kelingking, adalah anak-anak kita. Seiring bertambahnya usia, anak-anak kita akan dewasa, dan kelak mereka akan menikah pula seperti kita. Ketika mereka menikah, mereka akan pergi dan meninggalkan kita.

Sementara jari manis, yang tetap melekat dan tak dapat dipisahkan, adalah pasangan kita, yang selalu menemani kita sehidup semati.

Saat suami memasangkan cincin ke jari manis istrinya, ketika itulah tanggung jawab istri berpindah dari orangtua ke tangan suami. Orangtua dengan ikhlas menyerahkan anak putri mereka, karena percaya bahwa di tangan suami anak putri mereka akan aman dan nyaman. 

Ibarat pohon, maka suami itu adalah matahari yang selalu menyinari, air yang selalu menyiram, dan pagar yang selalu melindungi. Sehingga ia tumbuh dengan sinar, air, dan penjagaan suaminya, bukan malah tumbuh dengan sendirinya tanpa ada peran dari suami yang signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun