Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Cincin Pernikahan di Jari Manis

19 Desember 2020   21:22 Diperbarui: 19 Desember 2020   21:35 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memasangkan cincin pernikahan di jari manis ada filosofi sarat makna yang menandakan betapa berharganya pasangan kita (ilustrasi: allevents.in)

Berikutnya, buka atau pisahkan jari kelingking. Mudah juga bukan?

Nah, sekarang coba buka atau pisahkan jari tengah yang saling melekat. Bisa?

Bisa kalau tangkupan tangan kita tidak melekat kuat. Tapi, kalau kedua telapak tangan kita melekat erat dan ditekan kuat, kita tidak akan bisa memisahkan jari tengah.

Jari jempol ibaratnya orangtua kita. Ketika kita menikah, kita berpisah dengan orangtua yang sudah melahirkan dan membesarkan kita sejak kecil. Meskipun kita masih tetap menjaga silaturahmi dengan mereka.

Jari telunjuk ibaratnya sahabat atau teman-teman kita. Setelah menikah, kita berpisah dengan mereka karena fokus dengan pasangan kita masing-masing. Sekalipun begitu, kita juga masih tetap menjaga silaturahmi dengan sahabat dan teman-teman kita semua.

Jari kelingking, adalah anak-anak kita. Seiring bertambahnya usia, anak-anak kita akan dewasa, dan kelak mereka akan menikah pula seperti kita. Ketika mereka menikah, mereka akan pergi dan meninggalkan kita.

Sementara jari manis, yang tetap melekat dan tak dapat dipisahkan, adalah pasangan kita, yang selalu menemani kita sehidup semati.

Saat suami memasangkan cincin ke jari manis istrinya, ketika itulah tanggung jawab istri berpindah dari orangtua ke tangan suami. Orangtua dengan ikhlas menyerahkan anak putri mereka, karena percaya bahwa di tangan suami anak putri mereka akan aman dan nyaman. 

Ibarat pohon, maka suami itu adalah matahari yang selalu menyinari, air yang selalu menyiram, dan pagar yang selalu melindungi. Sehingga ia tumbuh dengan sinar, air, dan penjagaan suaminya, bukan malah tumbuh dengan sendirinya tanpa ada peran dari suami yang signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun