Berada di antara nama-nama yang kusebutkan di atas, aku seperti remahan rengginang dalam toples berisi kerupuk ikan yang gurih. Aku merasa seperti itik buruk rupa di tengah kumpulan angsa.
Itu sebabnya sewaktu Kompasiana meminta setiap nomine untuk mempromosikan diri agar banyak yang mem-vote, terus terang aku bingung sendiri. Soalnya, aku introvert yang tidak terbiasa self promotion. Aku bukan jenis orang yang atraktif dan inisiatif mencari dukungan untuk kepentingan diri sendiri.
Sama sekali tidak ada rasa kecewa sewaktu namaku tidak disebut pembawa acara. Bu Leya, peraih Best of Opinion dan People Choice memang sangat layak mendapatkan penghargaan waktu itu.
Sebuah pepatah mengatakan, "ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."
Ya, itulah diriku. Aku sudah cukup puas menjadi orang yang bertepuk tangan di pinggir jalan, menyemangati pahlawan yang dielukan.
Kompasiana Awards, khususnya penghargaan Kompasianer of The Year adalah puncak Everest bagi setiap penulis di Kompasiana. Aku sudah cukup puas menjadi Tenzing Norgay yang menyemangati Sir Edmund Hillary menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia.
Satu harapanku untuk para pemenang Kompasiana Awards 2020, patahkan mitos dengan konsisten menulis di Kompasiana. Dengan penghargaan itu kalian menjadi panutan. Kalau yang jadi panutan saja semakin jarang menulis, lalu dari mana kita bisa mencontoh dan meneladaninya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H