Mungkin kamu bingung dengan judul yang kusematkan kali ini. Memangnya apa yang membedakan peminum kopi di kafe dengan peminum kopi di Warkop? Sama-sama minum kopi kok harus dibedakan segala.Â
Tentu saja beda. Tempatnya beda, harga minuman kopinya juga beda. Selain itu, ada satu lagi yang menjadi pembeda antara peminum kopi di kafe dan warkop.Â
Apa itu?
Gula.
Peminum kopi di kafe jarang menambahkan gula. Sementara peminum kopi di warkop sepertinya sudah kecanduan gula.Â
Masalah gula inilah yang kemudian memicu perdebatan sengit diriku dengan temanku, yang baru-baru ini mendadak menyukai kopi. Dan, baru-baru ini pula dia sering nongkrong di kafe untuk mencicipi berbagai jenis kopi.
"Eh, kamu kalau minum kopi pakai gula gak?"
"Pakai lah. Kalau gak kan pahit," jawabku dengan muka polos.
"Lha, kamu katanya pecinta kopi, tapi kok minumnya masih pakai gula?"
"Memang apa salahnya minum kopi pakai gula?"
"Salah besar, Pren," kata temanku itu sembari menyeruput kopinya.
Lantas, dengan lagak seperti seorang Guru Besar Kopi temanku kemudian menjelaskan.
"Minum kopi itu gak usah pakai gula. Menodai kemurnian rasa kopi. Minum kopi pakai gula adalah pengkhianatan terhadap rasa kopi. Orang seperti kamu yang minum kopi pake gula sudah merusak citra kopi".
Mendengar penjelasannya, aku hanya terdiam. Apa benar kebiasaan minum kopi pakai gula dianggap berkhianat terhadap rasa kopinya?
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang minum kopi di warkop atau warteg yang selalu pakai gula, malah kadang lebih banyak daripada bubuk kopinya?
Mereka itu kalau dihitung secara kuantitas jelas lebih banyak daripada peminum kopi di kafe atau restoran mahal. Apakah mereka semua termasuk perusak citra kopi?
Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H