Seharian ini linimasa media sosial, khususnya Facebook dan Instagram bersliweran postingan "Dia yang namanya tak boleh disebut di FB dan IG..."
Awalnya kukira ada buku Harry Potter yang baru. Tahu kan, di kisah Harry Potter ada tokoh yang Namanya Tak Boleh Disebut. Dalam kisah Harry Potter, Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut adalah Lord Voldemort alias Tom Riddle, penyihir hitam paling sakti yang punya cita-cita memurnikan masyarakat penyihir. Para penyihir dalam kisah Harry Potter tidak berani menyebutkan namanya karena khawatir tokoh itu sewaktu-waktu bisa muncul dan menebar teror.
Ternyata, postingan yang jadi trending topic di Facebook dan Instagram ini tidak ada hubungannya dengan Lord Voldemort atau kisah Harry Potter. Melainkan merujuk pada kedatangan Habib Rizieq Shihab (HRS), pemimpin dan imam besar Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia.
Lalu, mengapa netizen simpatisan HRS dan FPI ramai-ramai mengunggah postingan tersebut?
Usut punya usut, postingan ini ternyata untuk menyindir "algoritma" Facebook yang - konon - sejak Agustus 2017 mulai memblokir foto dan nama HRS.
Tak hanya membekukan halaman dan akun FPI, setiap akun yang memposting foto HRS langsung dihapus Facebook dan mendapat surat peringatan. Bahkan postingan yang memuat foto HRS sebelum tahun 2017 juga tak luput dari aksi bersih-bersih Facebook.
Tak ada yang tahu apa alasan Facebook membuat satu algoritma khusus sehingga setiap akun yang memposting foto dan menyebut nama HRS langsung dihapus postingannya. Jika masih ngotot dan lebih dari tiga kali mendapat surat peringatan, akun tersebut dinonaktifkan permanen.
Banyak netizen menduga algoritma khusus yang dapat menyaring foto dan nama HRS ini dibuat setelah petinggi Facebook bertemu dengan pemerintah Indonesia. Menkominfo Rudiantara ketika itu bertemu dengan perwakilan Facebook, yakni Global Head of Content Policy Facebook, Monica Bickert, dan Head of Public Policy, Southeast Asia, Alvin Tan, di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2017 yang dilanjutkan pertemuan pihak Facebook dengan pihak Istana.
Isi pertemuan tersebut diantaranya berkaitan dengan pengendalian informasi yang dianggap berbahaya bagi pemerintah tapi berbeda dengan Facebook.
"Ada beberapa isu yang mungkin menurut kita bahaya, tapi menurut Facebook lain. Harus ada kesepahaman persepsi di situ. Makanya akan dikaji lebih lanjut," kata Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijal Pangerapan dikutip dari Kompas.
Pernyataan Kominfo tersebut lantas menimbulkan dugaan miring dari netizen simpatisan HRS, bahwa kebijakan Facebook memblokir konten berupa nama, foto dan akun ormas HRS merupakan permintaan dari pemerintah Indonesia, karena pemblokiran itu dimulai beberapa bulan setelah pertemuan Facebook dengan pemerintah.
Namanya juga dugaan, tak ada bukti kuat yang bisa mendukungnya. Meski begitu, harus diakui nama Habib Rizieq Shihab ternyata menimbulkan gelombang kekhawatiran yang hebat.
Padahal, seorang Rizieq Shihab bukan presiden. HRS juga bukan pemimpin spiritual layaknya Khomeini, seperti yang dikatakan Menkopolhukam Mahfud M.D.
Rizieq Shihab bukan pula pemimpin partai, atau pemimpin organisasi yang punya basis massa besar. Rizieq Shihab hanya pemimpin Front Pembela Islam, yang - sekali lagi, mengutip komentar Menkopolhukam -- simpatisannya tidak terlalu banyak.
Jika begitu, mengapa banyak pihak yang merasa kepanasan? Mengapa banyak media nasional malah ramai-ramai menurunkan jurnalisnya untuk meliput kepulangan HRS di Indonesia? Sampai-sampai ada stasiun televisi yang menyiarkan langsung dan memuat breaking news setiap satu jam.Â
Harusnya, pemerintah bersikap biasa saja dalam merespon kepulangan HRS. Tak ada yang istimewa dari sosok HRS, kecuali fakta dia adalah habib, sebagaimana habib-habib lain yang keturunan Nabi Muhammad SAW. Kedudukan HRS juga tidak mentereng amat, kecuali fakta bahwa dia memimpin organisasi FPI.Â
Di luar itu, Habib Rizieq Shihab warga negara Indonesia biasa saja yang punya hak dan kewajiban yang sama dengan rakyat Indonesia lainnya. Termasuk, namanya juga bisa disebutkan siapa saja, di media apapun juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H