"Mana pemimpin Belanda di sini?" tanya Residen Sudirman pada sekelompok orang Belanda yang menyoraki kedatangannya.
"Saya. Kamu mau apa?" kata Ploegman mendekat dengan pandangan menghina.
Residen Sudirman kemudian menyodorkan surat perintah pengibaran bendera Merah Putih yang dibawanya.
"Kamu bisa baca ini?" tanya Residen Sudirman sambil menyodorkan surat perintah pengibaran bendera Merah Putih.
Dengan seringai mengejek, Ploegman malah mengibaskan tangan hingga surat yang dibawa Residen Sudirman jatuh ke lantai.
Tak terima residennya dihina, Sidik naik pitam dan merangsek maju menyerang Ploegman. Namun Ploegman berhasil mengelak.
Merasa terancam, Ploegman mengeluarkan pistol lalu menodongkannya ke muka Residen Sudirman. Sidik tetap nekat menyerang dan berhasil mencengkram leher Ploegman.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara pistol meletus. Sidik yang saat itu sedang mencekik Ploegman mendadak tersungkur. Darah menetes dari punggungnya. Sidik pun gugur bersama tewasnya Ploegman.
Beberapa tentara Belanda yang menyaksikan insiden itu kemudian bergerak maju hendak mengeroyok Residen Sudirman dan Haryono. Namun, Haryono sigap mengungsikan Residen Sudirman ke luar kota.
Bersamaan dengan keluarnya Residen Sudirman, para pemuda yang mendengar suara letusan pistol di dalam hotel langsung menyerbu masuk. Perkelahian tangan kosong bak aksi koboi di bar pun pecah di lobi hotel Yamato. Kalah jumlah, beberapa orang Belanda akhirnya tewas digebuki para pemuda pejuang.
Sementara di luar hotel, keadaan semakin memanas. Rakyat yang mendengar suara pistol menyalak meneriakkan pekik perjuangan. Beberapa pemuda kemudian naik ke atap hotel Yamato.