"Only one, Sir?" tanya ibu penjual memastikan.
"Yes, only one," jawab Michael. Tangannya kemudian merogoh saku celananya. Sekejap kemudian, diangsurkannya dua keping uang logam lima ratus rupiah!
Ibu penjual onde-onde menerima uang seribu rupiah dari Michael, lalu diberikannya satu potong onde-onde.
"Thank you, Sir. Happy holiday," katanya. Senyum yang tadi hilang kini muncul kembali.
Melihat transaksi itu, perasaanku bercampur baur antara ingin tertawa dan kasihan dengan ibu penjual. Aku mengerti, melihat ada bule di dalam bus ia mungkin berharap si bule mau membeli banyak dagangannya. Tapi apa daya, si bule hanya membeli satu potong onde-onde.
Di satu sisi, aku juga salut dengan sikap ibu penjual itu. Meski kecewa, ia tidak melontarkan keluhan atau perasaan tidak senang pada Michael. Sekiranya ia mau, ia bisa mengomel "Bule kok kere" dalam bahasa Indonesia yang tentunya tidak akan dimengerti Michael. Alih-alih menggerundel, ibu penjual tersebut masih tetap tersenyum pada Michael dan melayani dengan baik.
Di setiap kejadian, selalu ada hikmah. Begitu pula dengan kisah bule yang membeli jajan cuma seribu rupiah. Ada pelajaran yang bisa kita ambil.
Pertama, jangan banyak jajan dalam perjalanan. Michael bukan pelit, apalagi kere. Kalau kere, tidak mungkin dia berkeliling beberapa negara ASEAN, meski secara backpacking.
Michael mengajari kita untuk berhemat dalam perjalanan. Karena kita tidak akan pernah tahu, apa yang kita butuhkan di tempat tujuan.
Kedua, pelajaran dari ibu penjual onde-onde.
Seringkali kita mendapati penjual makanan yang menggerutu bila kita hanya membeli sedikit. Tak jarang pula ada penjual yang ngomel-ngomel apabila kita hanya tanya-tanya harga, namun tak jadi membeli.