Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sungguh Sayang, Ratusan 'Bangkai' Bus Transjakarta Era Jokowi-Ahok Harus Dibelah

3 November 2020   10:36 Diperbarui: 3 November 2020   10:37 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratusan bus bekas Transjakarta yang sempat terbengkalai di Dramaga, Bogor kini mulai dibelah (foto: Republika/Shabrina Zakaria)

Seandainya ada orang yang memberi bus bekas, hendak kalian apakan bus bekas tersebut?

Dipreteli, lalu dijual ke pedagang besi bekas, atau diperbaiki dan digunakan lagi?

Orang yang kreatif, pasti punya solusi yang lebih inovatif. Seandainya saya yang diberi bus bekas, akan saya permak dan rombak menjadi kafe atau warung berjalan!

Serius, dari dulu saya punya cita-cita ingin memiliki kafe atau warung yang dibuat dari kontainer. Tak ada kontainer, badan bus bekas pun tak mengapa, yang penting bentuknya mirip.  Sayangnya, sampai sekarang cita-cita itu belum terwujud.

Membaca berita tentang ratusan 'bangkai' bus Transjakarta yang harus dibelah, saya teringat dengan cita-cita yang kandas itu. Pikiran saya melayang, andai pemilik ratusan bus bekas itu mau berbaik hati membagi-bagikan bus bekas itu kepada siapa saja yang berminat, saya akan langsung mendaftar untuk mendapatkannya.

Ratusan Bus Bekas Transjakarta Dibelah dan Dihancurkan

Tapi, sepertinya si pemilik tak ingin repot. Mereka lebih suka mengambil jalan pintas. Ratusan bus bekas tak terpakai itu pun akhirnya dibelah, dicacah jadi besi-besi kecil lalu dijual ke pedagang besi bekas!

Itulah pemandangan yang terlihat di lahan kosong depan Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi,  di jalan Raya Dramaga KM 7, Kabupaten Bogor. Sejumlah pekerja tampak sedang membongkar atau membelah 'bangkai' bus Transjakarta. Usai dibelah, rangkaian besi dan mesin dari bus yang tidak berfungsi itu akan dibawa ke sebuah daerah di Bekasi untuk dilebur.

"Semuanya setelah kita potong-potong, nanti akan dibawa ke peleburan untuk diolah kembali," ujar seorang mandor bernama Fachrul Rozi atau Oji dikutip dari Republika, Senin (2/11).

Di lahan seluas hampir dua hektare tersebut, ratusan bus berwarna oranye yang sudah lapuk dan berkarat tampak berjejer. Di atas tanah yang becek, berserakan rongsokan besi, mesin bus, pecahan kaca, ban-ban besar, serta bangku-bangku bus yang sudah dicopot dari badan bus.

Ratusan 'bangkai' bus tersebut merupakan bagian dari proyek pengadaan bus Transjakarta tahun 2013, saat Jokowi dan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam proses pengadaannya, Kejaksaan Agung menemukan adanya korupsi. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta saat itu, Udar Pristono, dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut. Selain itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga telah menyatakan bahwa terjadi persekongkolan dalam pengadaan bus-bus itu. 

Riwayat Kuburan Massal Bus Transjakarta di Dramaga Bogor

Usai terbongkarnya korupsi pengadaan bus Transjakarta tersebut, sekitar 300-an bus berwarna oranye dibiarkan terbengkalai di lahan kosong di Desa Dramaga. Dikutip dari Kompas, Camat Dramaga Adi Henriyana mengatakan, bus-bus tersebut merupakan aset milik PT Adi Teknik Ecopindo. Berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga, perusahaan itu dinyatakan pailit.

"Ini bukan suatu usaha , hanya sebatas penyimpanan aset dari salah satu PT yang pailit dan sekarang dikuasakan kepada kurator Lumbang Tobing cs," ujar Adi Henriyana. 

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menuturkan, Pemprov DKI Jakarta tidak memiliki kaitan dengan 'kuburan' bus bekas Transjakarta di Dramaga. 

Lahan kosong di desa Dramaga ini menjadi kuburan massal bus Transjakarta (foto: Okezone/Putra Ramadhani)
Lahan kosong di desa Dramaga ini menjadi kuburan massal bus Transjakarta (foto: Okezone/Putra Ramadhani)

"Untuk yang di Dramaga iya, semuanya bus pengadaan 2013," ujar Syafrin.

Bus-bus yang terbengkalai di sana, lanjut Syafrin, menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia bus. Pemprov DKI tidak memiliki kaitan apa-apa dengan bus-bus di sana.

"Otomatis, itu miliknya penyedia karena kan dari sesi pengadaannya tidak terjadi," kata dia. 

Pemprov DKI Jakarta juga belum sempat menggunakan bus tersebut karena borok proses pengadaannya keburu terbongkar.

"Itu yang Dramaga semuanya adalah baru. Mereka baru menarik uang muka sebesar 20 persen. Tidak sempat diserahterimakan," kata Syafrin. 

Daripada Dibelah, Lebih Baik Dijadikan Tempat Wisata

Setelah terbengkalai bertahun-tahun hingga lahan kosong itu menjadi 'kuburan massal' bus berwarna oranye, kini ratusan bus itu dibelah. Oji, si mandor proyek enggan menyebutkan siapa yang memerintahkan para pekerjanya membongkar dan membelah bus bekas tersebut.

"Saya mandornya di sini. Yang ngerjain pihak perusahaan, ini kan sudah dilelang, pokoknya Pak Ferry orang Berebes yang dapat tender ini," ucapnya.

Selain menghancurkan kaca dan besi yang sudah tidak bisa digunakan, para pekerja Oji juga mengambil mesin-mesinnya. Nantinya mesin-mesin yang berasal dari Cina itu juga akan dilebur.

"Mesin juga dilebur. Mesin dari Cina siapa yang mau pake? Kecuali kalau dari Mitsubishi atau Hino bisa dipakai lagi buat mesin kapal," ujarnya. 

Sungguh sayang kan? Padahal kalau mau, si pemilik bisa mengubah ratusan bus bekas itu menjadi proyek kreatif yang bisa menghasilkan keuntungan, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.

Misalnya, dengan mengubah lokasi kuburan massal bus Transjakarta ini menjadi titik wisata baru. Lahan kosong berisi ratusan bus dibersihkan rumput liarnya, lalu dibuatkan akses jalan yang layak dan tambahkan ruang untuk menikmati kuliner khas Jakarta. Tak lupa, beri sedikit sentuhan horor, agar tempat ini dapat memberi kesan kuburan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun