Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Film "My Flag" dan Pelacur di Arab yang Memakai Cadar

30 Oktober 2020   23:13 Diperbarui: 30 Oktober 2020   23:18 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika, Buya Hamka diberitahu seseorang bahwa "Pelacur di Arab itu memakai cadar dan hijab!".

Dengan tersenyum, Buya Hamka menjawab,

"Oh ya? Saya juga baru saja dari Los Angeles dan New York. Ternyata di sana malah tidak ada pelacur."

Orang yang memberi tahu masalah pelacur di Arab tadi terkejut.

"Ah mana mungkin Buya. Di Mekkah saja ada kok. Apalagi di Amerika, pasti lebih banyak lagi."

Maka kata Buya Hamka,

"Kita ini memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari. Meskipun kita ke Mekkah, tetapi jika yang diburu oleh hati adalah hal-hal yang buruk, maka setan dari golongan jin dan manusia akan berusaha membantu kita untuk mendapatkannya.

Tetapi sebaliknya, sejauh perjalanan ke New York atau Los Angeles, bila yang dicari adalah kebajikan dan kebaikan, maka segala kejelekan akan enggan dan bersembunyi."

***

Anehdot tersebut mungkin sudah sering kita dengar, dan kali ini sengaja saya sampaikan ulang untuk menanggapi kontroversi film My Flag: Merah Putih vs Radikalisme.

Film yang dibintangi Gus Muwafiq ini ditayangkan perdana di kanal YouTube Nu Channel pada 22 Oktober lalu dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional. Alih-alih diapresiasi, film My Flag justru menuai kontroversi dan dihujat sana-sini.

Film berdurasi 7 menit 29 detik ini menitikberatkan cerita tentang bendera merah putih sebagai lambang persatuan. Sayangnya, dalam penggambarannya malah terkesan sangat mendiskreditkan kelompok tertentu.

Salah satu adegan yang menuai kecaman adalah ketika terjadi adegan baku hantam di menit 3:01, ketika sekelompok orang bersarung dan berjilbab dengan membawa bendera merah putih bertemu dengan kelompok perempuan bercadar dan laki-laki bercelana cingkrang yang membawa bendera putih dan hitam. Salah seorang perempuan dari kelompok berbendera merah putih kemudian berkata,

"Sejauh mana imanmu, sejauh itu cintamu pada Negerimu",

Lalu tanpa ada yang memberi komando langsung saja bag big bug, kedua kelompok pun berkelahi. Seorang perempuan dari kelompok berbendera merah putih akhirnya berhasil mengalahkan dua orang lawannya dan  melepas secara paksa cadar yang dikenakan.

Singkat kata, film ini dengan jelas menampilkan simbol yang terstigmatisasi:  orang yang bersarung dan berjilbab sebagai kelompok yang mencintai bendera. Sementara pihak yang bercadar dan bercelana cingkrang dianggap kelompok radikal.


Sejak ditayangkan, hingga kini film My Flag terus menuai komentar negatif. Dan yang mengejutkan, komentar negatif itu datang dari kalangan NU sendiri.

Salah satunya datang dari Prof. Ahmad Zahro, Mutasyar Komite Khittah Nahdlatul Ulama 1926.

"Saya terkejut sekali melihat filmnya itu. Andaikata dianggap ada manfaatnya, mudharatnya jauh lebih besar," kata Ahmad Zahro dalam kanal Hersubeno Arief di YouTube.

Ahmad Zahro menyebutkan, film My Flag membawa narasi yang memicu gesekan antar golongan.

Sementara Tjetjep Muhammad Yasin, alumni Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang menilai pembuat film My Flag punya hati yang jahat.

"Ini film sadis. Pertama, menjustifikasi bahwa perempuan bercadar, laki-laki celana cingkrang itu anti Merah Putih. Kedua, pertikaian perempuan sampai merampas cadar lalu mencampakannya, ini menunjukkan betapa jahat pembuat film tersebut," jelasnya di kantor redaksi duta.co, Senin (26/10/2020).

Pria yang akrab dipanggil Gus Hasyim ini juga menuturkan pembuat film My Flag tidak paham syariat Islam, tidak mengerti hukum memakai cadar.

"Sejak kapan kita menghukumi pemakai cadar itu anti-Merah Putih. Ini menandakan dangkalnya pemahaman pembuat film terhadap Islam. Atau ini skenario 'jual beli' untuk mengadu domba umat Islam. Warga NU sendiri jijik melihat film seperti itu. Terbukti respon negatif atas film ini, jauh lebih besar ketimbang yang mendukung," jelasnya.

Sebagaimana anehdot tentang pelacur di Arab yang memakai cadar, saya menganggap penggagas film My Flag ini hatinya sudah ditutupi kebencian terhadap cadar. Bila hati sudah ditutupi keburukan sekecil apapun, maka yang akan dilihat hanya keburukan dimana-mana. Cadar dianggap sumber radikal, cadar dianggap sumber intoleransi, dan sebagainya.

Memangnya apa salah perempuan yang memakai cadar hingga harus dipersekusi dengan melepas secara paksa cadarnya? Tidakkah penggagas film, sutradara atau pemainnya mengerti tindakan membuka cadar merupakan bentuk penghinaan yang paling dalam bagi seorang perempuan muslimah?

Hukum memakai cadar itu sudah jelas. Ada yang menghukumi wajib, ada yang menganggap sunnah. Dan ini merupakan bagian dari khilafiyah fiqh yang sudah biasa dan dimafhumi para ulama.

Memakai cadar juga merupakan pilihan yang tidak bisa diasosiasikan dengan pemikiran. Sebagian menganggapnya gaya berpakaian, sebagian lagi menganggapnya ajaran agama. Tak masalah sudut pandang mana yang diambil selama tidak memaksakan keyakinannya ini pada orang lain.

Sungguh sangat ironis, film yang dengan terang benderang memperlihatkan intoleransi pada kelompok yang tidak sepaham dan sepemikiran, bahkan menonjolkan penghinaan terhadap keyakinan saudara seiman, malah dibintangi oleh tokoh dan santri-santri NU, serta ditayangkan di kanal NU sendiri. Padahal, "konon" orang-orang NU sangat menjunjung tinggi toleransi beragama dan keyakinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun