Orang yang terkena sindrom kadal gurun sering membenci segala sesuatu yang berbau Arab. Anehnya, kalau yang ke-arab-arab-an itu menguntungkan, mereka tiba-tiba tidak alergi lagi.
Seperti ketika nama Presiden Joko Widodo diabadikan jadi nama jalan di Abu Dhabi. Keluarlah segala puja dan puji setinggi langit, hingga nyaris mengultuskan sosok sang presiden itu sendiri.Â
Meski Presiden Joko Widodo sendiri bukan satu-satunya tokoh Indonesia yang namanya diabadikan menjadi nama jalan. Tercatat, ada nama jalan Sukarno di Rabat, Maroko; jalan Muhammad Hatta di Harleem, Belanda; jalan Raden Adjeng Kartini di Amsterdaam, Belanda; hingga jalan Munir di Den Haag, Belanda.
Mereka yang terkena sindrom kadal gurun juga mendadak lupa atau pura-pura tidak tahu letak geografis President Joko Widodo Street, yang notabene ada di negeri gurun tempat segala sesuatu yang berbau gurun atau Arab membuat alergi mereka kambuh.
Jadi, apa pelajaran yang bisa kita petik dari penamaan Presiden Joko Widodo sebagai nama jalan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab?
Selain kebanggaan sekaligus mencerminkan eratnya hubungan bilateral antara kedua negara, satu hikmah penting yang bisa kita ambil adalah "jangan membenci sesuatu secara berlebihan, sebagaimana jangan mencintai sesuatu secara berlebihan pula."
Kelak, siapa tahu sesuatu yang kita benci itu menguntungkan kita, dan yang kita cintai itu malah merugikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H