Gara-gara film Ayat-ayat Cinta, generasi muda Islam mulai terbiasa dengan istilah 'taaruf'. Di film tersebut, tokoh utama Fahri dijodohkan dengan Aisha melalui 'perantara' seorang ulama besar Mesir. Setelah taaruf atau berkenalan, keduanya lalu menikah dalam waktu satu minggu.
Pengertian TaarufÂ
Secara bahasa, taaruf bisa bermakna 'berkenalan' atau 'saling mengenal'. Namun dalam perkembangannya, istilah taaruf dipersempit maknanya hanya dalam pengertian 'berkenalan dengan calon pasangan hidup'. Padahal makna taaruf itu luas, tak terbatas dalam urusan perjodohan.
Kata taaruf berasal dari akar kata "ta'arafa", sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran surah al Hujurat ayat 13:
"Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta'arofu)."
Kata li ta'aarafuu dalam ayat ini mengandung makna bahwa tujuan Allah menciptakan manusia dalam keberagaman adalah agar kita semua dapat saling mengenal satu sama lain. Dari pengertian ayat Al Quran tersebut, kita bisa memahami bahwa kata taaruf itu mirip dengan makna 'berkenalan' dalam bahasa kita.
Setiap kali kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga yang baru pindah, karyawan baru di kantor, teman kuliah, teman sekolah bahkan mungkin kita berkenalan dengan orang yang baru kita temui di terminal atau bandara, ini semua dapat disebut taaruf. Intinya, perkenalan dalam momen apapun bisa dikatakan sebagai taaruf.
Dalam Islam, taaruf sangat dianjurkan bagi setiap laki-laki muslim yang ingin menikah. Dengan mengenal calon pasangannya, diharapkan ada ketertarikan dan kecocokan agar rumah tangga yang dibangun kelak bisa langgeng dan bahagia.
Perbedaan Taaruf dengan Pacaran
Berarti taaruf sama dengan pacaran dong, hanya saja disertai embel-embel 'syar'i' atau 'Islami'?
Nah, ini masalahnya. Makna taaruf yang sudah dipersempit akhirnya dipersempit lagi dan menyamakannya dengan pacaran (yang Islami).
Pacaran atau kencan sebenarnya juga termasuk dalam proses mengenal seseorang. Lebih dari itu, pacaran juga bisa sampai dalam tahap 'memahami' pasangan. Tapi, proses perkenalan dalam pacaran dan taaruf sangat berbeda.
Dalam taaruf, pendekatan kepada pasangan dibatasi oleh kaidah syariat Islam. Seseorang yang taaruf hanya boleh mengetahui biodata/profil dan kepribadian pasangan dari pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan atau melalui konfirmasi dari orang-orang terdekat.
Tidak ada komitmen dalam taaruf
Taaruf juga tidak mengenal komitmen apapun yang menjadi dasar ikatan. Setiap orang yang taaruf harus siap diterima dan siap batal dengan tetap menjaga kerahasiaan proses taaruf. Selama janur kuning belum melengkung, setiap orang boleh taaruf pada orang yang sama. Itulah sebabnya tak pernah ditemukan istilah 'mantan taaruf'.
Sementara dalam pacaran, ada komitmen yang mengikat. Tentu, komitmen ini bukan komitmen yang kuat karena hanya berdasarkan ucapan manis di bibir. Jadi, kalau ada orang yang punya pacar banyak, kita tidak bisa serta merta menganggapnya selingkuh. Memangnya ada undang-undang yang melarang seseorang punya banyak pacar?
Kita sering mendengar pertanyaan, "Kamu mau jadi pacarku?"
Tapi kita tidak pernah mendengar "Kamu mau jadi taaruf-ku?"
Taaruf Mengedepankan Prinsip Kerahasiaan
Proses taaruf juga dilakukan secara rahasia. Hanya pihak keluarga atau orang lain yang ditunjuk jadi perantara saja yang mengetahui seseorang sedang taaruf. Berbeda dengan pacaran yang meski baru jadian saja sudah diketahui banyak orang.
Kita sering mendengar pertanyaan ingin tahu, "Eh, si A sama si B sekarang pacaran ya?"
Tapi kita tidak pernah mendengar ada orang yang kepo dan bertanya, "Eh, si A lagi taaruf' sama si B ya?"
Taaruf Digital, Tren Mencari Jodoh Bagi Generasi Muda Islam
Seiring perkembangan jaman yang serba digital dan online, proses taaruf juga juga semakin mutakhir. Taaruf digital atau taaruf online, adalah istilah untuk menyebut proses mencari dan mengenal calon pasangan melalui aplikasi taaruf, media sosial, hingga pesan singkat seperti WhatsApp.
Sama seperti proses taaruf konservatif atau manual yang serba rahasia, begitu pula dengan taaruf digital. Pengguna aplikasi hanya bisa mengetahui profil pengguna lainnya. Bila tertarik dan ingin mengenal lebih jauh, pengguna harus mengirimkan 'curriculum vitae (CV)'.
Salah satu aplikasi taaruf digital yang populer adalah Taaruf Online Indonesia. Mengusung tagline "No Swipe, No Chat", aplikasi yang dikembangkan Hijrahmedia ini sudah diunduh lebih dari 50.000 kali dan mencatatkan 5.000 pengguna aktif bulanan.
"Ketika seseorang hijrah, mereka kadang tidak kenal dengan lawan jenis, maka mereka perlu perantara atau mediasi untuk memperkenalkan diri mereka ke orang lain. Kami jadi wadah untuk itu," kata Rizki, salah satu pendiri aplikasi, dikutip dari BBC.
Untuk mengunduh dan mendaftar, pengguna tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Namun, saat pengguna ingin mengirimkan CV kepada pengguna lain, pengelola aplikasi mengenakan 'infak' atau biaya sebesar 200 ribu rupiah.
"Pertama, ini bentuk keseriusan (seseorang). Lalu ongkos untuk mediator kita ke lokasi (rumah orang tua perempuan) karena seringkali ada beberapa pasangan yang ingin bertemu dan jarak dari rumah mediator bisa sampai 20 km, saya merasakan itu. (Alasan) yang ketiga, untuk biaya pengembangan aplikasi itu sendiri, untuk bayar adminnya, bayar pegawai sehari-hari. Tidak ada dalil untuk melarang (pengenaan biaya bagi proses taaruf), ini mubah, boleh," kata Rizki menjelaskan biaya taaruf yang dikenakan pengelola aplikasi.
Adanya mediator/perantara inilah yang membuat aplikasi taaruf berbeda dengan Tinder, OkCupid, atau aplikasi kencan online lainnya, di mana seorang pengguna dapat langsung berkomunikasi dengan pengguna lain jika satu sama lain tertarik.
Perbedaan lain dari taaruf digital dengan aplikasi kencan online adalah tidak adanya foto profil pengguna. Kalaupun ada, foto itu di-blur atau diburamkan.Â
Nama asli pengguna juga disamarkan meskipun untuk mendaftar pengguna wajib melampirkan KTP untuk memastikan keaslian identitas. Fitur ini kerap dianggap sebagai 'fitur syariat' oleh pengembang aplikasi taaruf digital.
"Supaya yang pertama dicari bukan kecantikan atau kegantengan, melainkan inner beauty-nya atau sikapnya dalam sehari-hari," kata Rizki.
Sedangkan dalam aplikasi kencan online universal, pengguna bisa menyertakan foto diri sebanyak-banyaknya. Bila perlu, foto yang ditampilkan harus good looking semua agar mudah menjaring peminat.
***
Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi kalau kita tidak pernah berusaha/berikhtiar mencarinya, bagaimana Tuhan mau mengulurkan tangan dan mempertemukan jodoh kita?
Taaruf digital hanya salah satu cara mencari jodoh, dengan mengedepankan prinsip dan syariat Islam. Dalam proses selanjutnya, tetap saja kita harus melakukannya secara manual, yakni dengan bersilaturahmi ke rumah orang yang kita cintai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI