Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Lebih Baik Mengadopsi Kucing Dewasa daripada Anak Kucing

6 Oktober 2020   08:23 Diperbarui: 10 Oktober 2020   21:23 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 3 alasan mengapa kamu lebih baik mengadopsi kucing dewasa daripada anak kucing (dokpri)

Baru sebulan si Tina melahirkan, keempat anaknya sudah diminta orang lain.

"Om, aku minta yang abu-abu ini ya. Lucu, mukanya kayak anjing Husky," kata Via, keponakanku.

Siapa sih yang gak tertarik dengan kelucuan anak kucing? Sudah rupanya imut, tingkah lakunya menggemaskan pula. Memang, salah satu kegembiraan terbesar memiliki anak kucing di rumah adalah kita bisa tenggelam dalam energi dan vitalitas masa mudanya. Kelucuan luar biasa anak kucing tidak mungkin ditolak, terutama bagi para pecinta kucing!

Lucu, imut dan menggemaskan. Itu alasan utama banyak orang suka mengadopsi anak kucing daripada kucing dewasa. Mereka menganggap dengan mengadopsinya sejak kecil, kucing tersebut akan mudah beradaptasi di lingkungannya yang baru.

Anggapan yang salah. Justru kucing dewasa lebih terbiasa dengan perubahan di lingkungan mereka. Biaya perawatannya juga lebih sedikit dibandingkan merawat anak kucing. Sementara kalau kita memelihara anak kucing, membutuhkan lebih banyak perhatian, komitmen waktu dan kesabaran, di luar biaya ekstra yang harus kita keluarkan. Anak kucing butuh makanan khusus, dan harganya pun cenderung lebih mahal dari harga makanan kucing dewasa.

Alasan Mengapa Lebih Baik Mengadopsi Kucing Dewasa

Selain faktor biaya perawatan, ada 3 alasan lagi mengapa kamu lebih baik mengadopsi kucing dewasa daripada anak kucing.

1. Kamu Bisa Mengetahui Kepribadian Kucing

Kucing punya kepribadian?

Iya. Sama seperti manusia. Ada kucing yang malas, ada kucing yang gak bisa diam. Ada kucing yang suka kebersihan, ada kucing yang tidak terlalu peduli dengan penampilannya. 

Kepribadian kucing ini baru akan terlihat di ulang tahun pertamanya. Dan jika kamu mencari kucing muda, itu adalah usia terbaik untuk mengadopsinya.

Kucingku, si Gidget, pendiam dan suka kebersihan. Dia tidak bisa buang kotoran apabila kotak pasirnya belum dibersihkan. Gidget juga suka mandi (menjilati bulunya) berjam-jam lamanya.

Beda dengan saudaranya, si Tina. Kucing yang baru melahirkan ini cerewetnya minta ampun. Tina juga tidak terlalu peduli dengan penampilannya, kadang-kadang ia buang kotoran di sembarang tempat.

Padahal ketika kuadopsi waktu masih kecil, dua kucing bersaudara ini kepribadiannya identik: aktif, cerewet dan menggemaskan. Sama seperti semua anak-anak kucing di seluruh dunia.

Gidget dan Tina saat baru kuadopsi (dokpri)
Gidget dan Tina saat baru kuadopsi (dokpri)


2. Kamu Bisa Tahu Seperti Apa Rupa Mereka

Sekali waktu, perhatikan rupa beberapa anak kucing. Satu sama lain mirip bukan? Kecuali warna bulunya yang berbeda-beda.

Ketika umurnya semakin bertambah, rupa anak kucing juga mulai berubah, sesuai dengan ras atau keturunannya. Dimulai dari perubahan warna bulu. Misalnya yang semula kita lihat putih bersih, ternyata beberapa bulan kemudian muncul bintik-bintik hitam atau abu-abu di beberapa bagian tubuhnya.

Warna matanya juga ikut berubah. Saat masih bayi, bola mata kucing warnanya sama, abu-abu pucat. Ketika dewasa, warna mata kucing mulai berubah sesuai dengan warna kulitnya yang dominan. Mata kucing oren ikut berwarna jingga, sementara yang bulunya hitam matanya juga dominan hitam.

Jadi, kalau kamu menginginkan kucing dengan tampilan khusus, lebih baik mengadopsinya ketika sudah berusia minimal satu tahun.

3. Kamu Bisa Menghargai Kasih Sayang Induknya

Pernah enggak kamu memisahkan anak kucing dari induknya? Kalau belum, ijinkan aku bercerita sebentar.

Di rumah, ada induk kucing liar yang melahirkan 3 anak kucing. Karena beberapa tetangga mulai berbisik-bisik mengeluhkan keberadaan kucing liar di sekitar rumah mereka, aku memutuskan untuk membuang 3 anak kucing yang sudah berumur 4 bulan. Pada umur ini, anak kucing sudah bisa mencari makan sendiri, dan bisa lepas dari induknya.

Singkat cerita, 3 anak kucing itu berhasil kupisahkan dari induknya dan kupindahkan ke pasar agar mereka tidak sulit mencari makan. Tahu enggak apa reaksi induknya?

Dia mengeong tiada henti, seperti memanggil dan mencari anak-anaknya. Sampai 2 hari induk kucing ini mengeong, dan rupanya menunjukkan mimik kesedihan.

Percaya deh, kalau kamu melihat pemandangan memilukan ini, kamu akan berpikir ulang saat mengadopsi anak kucing. Bayangkan saja dalam pikiranmu, bagaimana perasaan induk kucing yang dipisahkan dari anaknya.

Selain itu, anak kucing yang baru dipisahkan dari induknya bisa mengalami trauma. Dipisahkan dari induk di usia yang masih belia itu selalu meninggalkan bekas luka yang dalam. Semakin muda trauma, semakin besar kemungkinan anak kucing takut pada manusia dan menolak setiap uluran kasih sayang.

Aku sudah 2 kali menguburkan anak kucing yang ditinggalkan di depan rumahku. Keduanya menolak didekati, sekalipun sudah kupancing dengan makanan khusus anak kucing. Kian hari tubuhnya semakin kurus hingga akhirnya perlahan matanya tertutup selamanya.

***

Bila kamu tidak keberatan dengan beberapa alasan yang kukemukakan di atas, silahkan mengadopsi anak kucing. Mungkin, alasan utama kamu adalah ingin menjadi bagian dari perjalanan hidupnya sejak awal.

Tapi, jika kamu lebih suka hewan peliharaan yang rupa dan kepribadiannya sudah terlihat, perawatannya lebih mudah, serta berempati terhadap kasih sayang induk kucing, mengadopsi kucing dewasa pilihan yang tepat.

Terlepas apakah kamu memilih anak kucing atau kucing dewasa, ketahuilah bahwa hidup bersama kucing adalah kebahagiaan tersendiri.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun