"Mas, cucunya Mbak Tutik meninggal dunia," kata istriku tergopoh-gopoh.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," sahutku seketika, "Lho, bukannya tadi Mbak Tutik mampir ke rumah ngobrol sama Ibu?" tanyaku. Pagi tadi Mbak Tutik, tetangga jarak 3 rumah dari rumahku mampir menengok Ibu.
"Iya. Habis dari sini pulang, terus anaknya datang bawa cucunya yang sudah meninggal di klinik bidan."
Mendengar penuturan istriku, kututup begitu saja tulisan di laptop yang baru setengah jadi. Kuambil masker dan kukenakan, kemudian aku melangkah keluar kamar hendak melayat. Namun, belum sampai kuhampiri pintu pagar, istriku memanggil.
"Mas, hati-hati".
"Kenapa?" tanyaku heran.
"Tadi dapat informasi dari Mbak Dewi, Ita putrinya Mbak Tutik kena Covid-19."
"Ah, masa sih?" tanyaku tak percaya. Namun tak urung aku menghentikan langkah untuk menyimak informasi terbaru ini.
"Iya, Mbak Dewi kan kerja di kelurahan, jadi tahu informasinya. Terus anaknya Ita ini meninggalnya setelah sakit panas. Mungkin saja kan dia ketularan ibunya."
"Jangan berprasangka yang tidak-tidak dulu lah. Nanti tambah kasihan Mbak Tutik sama Ita," kataku mengingatkan.