Pada dasarnya, modal utama influencer adalah metrik angka, bukan bakat atau keterampilan khusus memengaruhi orang lain. Dengan jumlah follower yang banyak, postingan influencer  hampir pasti memiliki keterjangkauan yang luas, alias dilihat banyak pemirsa.
Setelah itu, baik secara sadar maupun tidak influencer mengeksploitasi kesehatan mental negatif pengikutnya. Mereka melakukan ini dengan menampilkan kehidupan yang sempurna, diisi dengan kebahagiaan tanpa henti. Umpan berita media sosial mereka penuh dengan foto-foto traveling atau foto-foto indah lainnya yang penuh estetika.
Melihat konten mereka, hampir pasti kamu akan merasa rendah diri, baik karena penampilan, kekurangan uang, atau hanya ingin menjadi bahagia seperti mereka. Dimotivasi oleh perasaan rendah diri ini, kamu mulai mencari solusi cepat untuk menjembatani kesenjangan tersebut; mencoba untuk mencapai kebahagiaan dangkal yang digambarkan oleh influencer. Di sinilah kemudian produsen memanfaatkan influencer untuk menjual produk mereka.
Saat menjual, langkah pertama adalah menciptakan permintaan. Influencer menciptakan permintaan ini dengan memposting standar hidup yang hampir mustahil, yang sekali lagi, membuat dirimu merasa rendah diri. Semakin buruk perasaanmu , semakin besar kemungkinan kamu membeli produk yang ditawarkan Influencer.
Jangan Mudah Terpengaruh oleh Influencer
Sekalipun banyak berkutat di bidang pemasaran digital, aku sendiri termasuk orang yang tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Aku bukan jenis orang yang bisa dikontrol untuk melakukan tindakan tertentu hanya karena aku menyukai akun dan konten-konten media sosial mereka.
Kalau pun aku membeli produk yang mereka endorse atau mereka pasarkan, aku membelinya karena memang membutuhkan dan menganggap produk tersebut bagus untukku. Bukan karena ingin bergaya seperti mereka.
Seandainya aku melakukan tindakan seperti yang diminta influencer, aku bertindak karena dorongan hati dan akal pikiranku sendiri, bukan karena disuruh mereka.
Jangan tertipu dengan berpikir bahwa yang disebut influencer ini adalah manusia super, yang bisa memengaruhi pikiran follower dengan modal postingan media sosial. Sebagai pengikut, kita dapat menekan tombol berhenti mengikuti sama mudahnya dengan tombol ikuti.
Influencer hanya orang biasa seperti kita. Hanya saja, mereka dipisahkan oleh label dan metrik angka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H