Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Nenek yang Berkurban Sepuluh Ribu Rupiah Setiap Hari

29 Juli 2020   22:19 Diperbarui: 29 Juli 2020   22:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah kurban hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah (sumber foto: Republika.co.id/Musriron)

Amir tertegun, lalu berkata : "Masyaallah Nek, dalam kondisi demikian Nenek masih sanggup berkurban."

Nenek itu tersenyum, dan dengan suara yang menggetarkan hati ia berkata,

"Nak, Allah sudah sedemikian sayang kepada nenek. Setiap hari Allah memberi nenek beragam nikmat yang begitu banyak, yang nenek sendiri tidak pernah mampu menghitungnya. Terutama nikmat menjadi manusia, nikmat Iman, dan nikmat Islam. Nenek selalu ingat ajaran Rasulullah, bahwa sebagai seorang hamba, setiap saat kita harus siap berkorban di jalan Allah. Nenek berpikir, sebagai umat Nabi Muhammad nenek harus mengikuti sunah tersebut.

Bayangkan Nak, meskipun setiap tahun nenek berkorban seekor kambing, tapi sebetulnya setiap harinya nenek hanya menghargai nikmat Allah itu dengan berkorban sepuluh ribu rupiah saja. Nak, Nenek tahu Allah begitu kaya. DIA tidak memerlukan uang dari nenek yang hanya sepuluh ribu rupiah setiap hari itu, walaupun memang itu yang dapat nenek korbankan untuk membalas nikmat-NYA yang begitu banyak tak terhitung jumlahnya.

Kalau Allah berkenan memberikan rezeki yang sedikit berlebih kepada nenek , sebenarnya nenek ingin sekali pergi berhaji. Tapi nenek sadar, ongkos ke sana besar sekali dan kondisi nenek tidak memungkinkan. Maka nenek beramal sesuai kemampuan saja, seperti berkorban sekali setahun ini. Nenek sangat berharap Allah ridha dan menerima korban nenek."

Tanpa terasa, air mata Amir menetes deras. Hatinya terguncang, jantungnya berdebar keras usai mendengar penjelasan sang Nenek tentang semangat berkurbannya.

Dirinya merasa sangat malu, mukanya bagai ditampar palu godam. Seorang nenek sebatang kara, dengan pendapatan hanya seadanya, mau bersusah payah menyisihkan uang dua ribu per hari agar bisa berkorban setiap tahun untuk membalas berjuta nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepadanya.

Sementara dia, punya penghasilan beratus kali lipat dibandingkan sang nenek. Sungguhpun begitu, dia masih merasa berat untuk berkorban. Dia masih menawar harga kambing untuk keperluan akikah putrinya. Sedangkan sang Nenek, tanpa menawar dan tanpa pertimbangan apapun juga langsung membeli seekor kambing gemuk, bermodalkan tabungan dua ribu setiap hari.

***

"Qurban" berasal dari kata "qaruba -- qariibun" yang berarti dekat. Dari asal mula katanya kita bisa memahami bahwa ibadah kurban hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah. Yakni mereka yang senantiasa mampu mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan Allah.

Kita boleh kaya, punya penghasilan yang lebih dari cukup. Namun, seringkali hanya untuk membeli seekor kambing setahun sekali, hati kita merasa berat. Jika pun kita niat berkurban, kita masih menawar dan mungkin mencari hewan kurban yang harganya paling murah. Sementara ada orang miskin, namun ia mampu berkurban setiap tahunnya dengan menyisihkan sedikit penghasilan yang ia dapatkan setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun