Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Nenek yang Berkurban Sepuluh Ribu Rupiah Setiap Hari

29 Juli 2020   22:19 Diperbarui: 29 Juli 2020   22:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah tempat penjualan hewan kurban, seorang anak muda berpakaian necis tampak melihat-lihat sekumpulan kambing yang dijual untuk keperluan ibadah kurban di Hari Raya Iduladha nanti. Amir, anak muda tersebut hendak membeli seekor kambing untuk aqiqah putrinya yang rencananya sekalian dibarengkan dengan perayaan IdulAdha.

Setelah melihat-lihat, Amir memilih seekor kambing yang lumayan gemuk. Namun, ternyata harga kambing itu di luar perkiraan dan di luar budget yang sudah disediakan Amir. Meski sudah menawar harga, namun si penjual tak juga melepas kambing itu.

Tanggung, Amir pun kembali memilih-milih kambing yang sesuai dengan ukuran kantongnya.  Akhirnya, Amir mendapatkan seekor kambing berukuran sedang dengan harga lebih murah.

Tiba-tiba, datang seorang nenek berusia kira-kira 70 tahun seorang diri, tanpa ditemani siapapun juga. Tanpa basa basi, nenek itu langsung memilih kambing yang sedianya tadi sudah dipilih Amir, namun dilepas karena harganya terlalu mahal.

Lebih menakjubkan lagi, nenek itu membayar kambing gemuk tanpa menawar harganya! Segepok uang yang dibawanya dalam tas plastik hitam diserahkan pada penjual untuk dihitung.

Amir yang melihat langsung transaksi itu mendekat, lalu bertanya pada si nenek yang sedang menunggu uangnya dihitung penjual.

"Beli kambing buat apa Nek?"

"Buat kurban, Nak," kata si Nenek.

"Kok datang sendirian Nek, tidak ditemani anak cucu?"

"Nenek sudah tidak punya sanak saudara lagi , anak muda. Nenek sudah lama hidup sabatang kara. Untuk mencari nafkah hidup, sehari-hari nenek berjualan rempeyek kacang dan teri di pasar dekat rumah," kata si nenek dengan suara lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun