Umar juga tidak mau mengabulkan permohonan orang-orang yang memintanya agar Abdullah bin Umar dimasukkan sebagai salah seorang  dari 6 anggota tim formatur yang akan berunding dan memilih calon khalifah selanjutnya. Kepada mereka Umar berkata,
"Cukuplah seorang saja di antara keluarga Umar yang akan dituntut pertanggungjawabannya dalam hal ini (kepemimpinan), yakni Umar."
Padahal, Umar sebagaimana kaum muslimin saat itu tahu dengan pasti kapasitas dan kapabilitas Abdullah bin Umar. Namun, Umar dengan tegas tak hendak mengambil kesempatan "mentang-mentang putera Amirul Mukminin" agar putranya dapat menjadi khalifah yang akan menggantikannya.
Menurut Umar,
"Yang takwa dan adil itu bukan hanya keluarga Umar saja. Masih banyak lagi di antara kaum muslimin yang ketakwaan  dan keadilannya tidak kurang dari Umar. Seandainya Umar lebih mengutamakan putra atau keluarga sendiri, berarti ia pilih kasih dan menyombongkan diri."
Umar tidak ingin apabila ia mengangkat putranya atau salah seorang dari keluarganya sebagai pemimpin, maka kelak penguasa-penguasa yang lain akan mengangkat keluarga mereka secara sembrono dengan alasan sudah dicontohkan oleh Umar. Oleh sebab itu, Umar menggariskan satu prinsip penting perihal apa yang saat ini kita sebut politik dinasti:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
"Barangsiapa mengangkat orang kesayangan atau keluarganya untuk suatu jabatan, yang tak ada alasan untuk mengangkatnya selain karena hubungan keluarga dan kasih sayang, maka berarti ia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman."